sejawat indonesia

Efektivitas Blok Saraf Pada Nyeri Kepala

Nyeri didefenisikan sebagai suatu sensasi atau pengalaman yang tidak menyenangkan, yang terjadi dalam beberapa derajat keparahan yang disebabkan oleh jejas, penyakit ataupun gangguan emosional. Menurut The Internasional Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Berdasarkan defenisi tersebut nyeri dapat dikatakan sebagai sebuah himpunan sensasi yang memiliki komponen fisik dan emosional. Salah satu dari akibat dari gangguan fisik dan emosional yang paling sering terjadi adalah nyeri kepala. Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan pada sistem saraf yang paling umum terjadi. Nyeri kepala dirasakan oleh 96% populasi manusia pada keberlangsungan hidup mereka. Studi yang dilaporkan oleh Word Health Organization (2011) bahwa setengah sampai tiga perempat dari masyarakat dewasa berusia 18-65 tahun di dunia telah mengalami nyeri kepala. Nyeri kepala atau sefalgia merupakan kumulasi perasaan tidak menyenankan di kepala. Nyeri kepala ini dapat berasal dari struktur pada cavum orbita dan juga oleh struktur intracranial seperti menings, pembuluh darah dan saraf kranialis. Internasional Headache Society Classifocation secara garis besar membagi nyeri menjadi dua kelompok besar yaitu, nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang sifatnya ideopatik atau penyebab dasarnya tgidak diketahui. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala yang dikaitkan dengan adanya kondisi patologis yang mendasari, seperti adanya tumor otak, aneurisma dan penyakit inflamasi. Secara petofisiologi terjadinya nyeri kepala belum diketahui secara rinci. Beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala terus berkembang seperti teori vasodilatasi kranial, aktivasi trigeminal perifer, lokalisasi dan fisiologi second order trigeminovaskular neurons, cortical spreading depression, aktivasi rostal batang otak. Sensitisasi nyeri kepala terdapat di nosiseptor meningeal dan neuron trigeminal sentral. Sebagian besar pembulu darah intracranial mendapatkan inervasi sensoris dari ganglion trigeminal, dan menghasilkan neuropeptide yang akan mengaktivasi nosiseptor-nosiseptor. Neuropeptide yang dihasilkan seperti CGRP (Calcitonin Gene Related Peptide) yang paling besar dan diikuti oleh SP (Substance P), NKA (Neurokinin A), PACAP (Pituitary Adenylate Cyclase Activating Peptide, Nitricoxide), PGEJ2 (Molekul Prostatglanding E2), bradikinin, serotonin (5-HT) dan adenopin triphosphate (ATP).  Batang otak merupakan orang yang memiliki peranan penting dalam transmisi dan modulasi nyeri baik secara ascending maupun descending. Periaquaductal grey matter, locus coerules, nucleus raphe magnus dan reticular formation yang berada di batang otan akan mengatur integrasi nyeri, emosi dan respon otonomik. Sehingga dapat dikatakan batang otak merupakan generator dan modulator sefalgia. Secara umum nyeri kepala bersifat jnak, sekitar 1-5% memilki keadaan patologis serius yang mendasari dan harus dievaluasi sehingga sangat penting untuk deteksi dini dan manajemen patologi yang mendasari. Anamnesis yang cermat dab tajam diperlukan dalam evaluasi gangguan nyeri kepala karena sebagian besar nyeri kepala primer menunjukkan pemeriksaan fisik dan neurologis yang normal. Pain diaries merupaka alat yang dapat membantu mengidentifikasi pola dan pemicu nyeri kepala. Riwayat keluarga penting dalam migraine hemiplegia familial, aneurisma otak dan tumor otak karena menunjukkan pengaruh genetikan dan dapat diturunkan dalam keluarga. Riwaya yang berkaitan dengan asupan obat sangat penting karena obat-obatan tertentu seperti terapi sulih hormone, pil kontrasepsi oral, notrogliserin,  antihistamin dan lain-lain dapat memicu nyeri kepala. Penggunaan analgesic yang berlebihan juga dapat menyebabkaan nyeri kepala akibat penggunaan obat yang berlebihan pada nyeri kepala primer kronik. Riwayat trauma kepala, infeksi berulang, penyalagunaan zat, depresi dan gangguan tidur harus ditanyakan saat mengevaluasi sakit kepala sekunder. Alkohol, kafein, ganja, dan kokain adalah beberapa contoh yang terkait dengan nyeri kepala akibat penyalagunaan zat. Blok saraf adalah prosedur sederhana yang biasanya dilakukan oleh dokter atau professional medis. Merekan menginjeksikan obat ke area yang mengelilingi saraf di tubuh pasien. Bahan yang diinjeksikan bervariasi, pada umumnya mengandung anastesi lokal kerja panjang yang dikombinasikan dengan obat antiinflamasi steroid. Zat tersebut kemudian mencegah saraf mengirinkan sinyal ke otak, dengan prosedur tersebut pasien tidak akan merasakan rasa nyeri. Secara rinci mekanisme kerja dari blok saraf pada nyeri kepala ini masih belum diketahui. Nyeri kepala migrain dan cluster diyakini sebagai fenomena neuropatik primer yang dimediasi secara terpusat, dan belum diketahui pula bagaimana dapat menghalangi serabut servikalis atau cabang saraf trigeminal. Untuk menurunkan nyeri akut, mekanismenya diyakini akibat dari penurunan "tonus" aferen, yang mengarah ke penurunan aktivitas pada tingkat nukleus trigeminal caudalis dan dorsal root servikalis. Karena neuron primer dan sekunder yang berada pada daerah kepala, sehingga pengurangan transmisi aferen secara keseluruhan pada sinaps pertama jalur nosiseptif yang mengatur nyeri yang berasal dari kepala dan leher dapat mengurangi persepsi nyeri dalam cakupan yang lebih luas. Terdapat bukti yang mendukung bahwa konvergensi antara sistem servikalis dan trigeminal terjadi pada level ini dan bahwa perubahan pada satu komponen dapat memodulasi komponen lainnya. Sensitisasi sentral pada tingkat sinaps nosiseptif pertama (dorsal root atau nukleus trigeminus) sering kali dapat menjadi penjelasan utama pada nyeri neuropatik persisten. Mungkin mengurangi lalu nosiseptif melalui blokade saraf sementara dalam sistem yang peka dapat memungkinkan "pengurangan" sensasi sentral. Nyeri yang berkelanjutan atas dasar sensitisasi perifer (pada tingkat nosiseptor perifer) juga dapat diperbaiki melalui proses yang sama (yaitu, blokade saraf atau saraf tepi yang konvergen dapat menyebabkan ambang meningkat untuk transmisi nosiseptif dari satu set nosiseptor peka lainnya yang konvergen). Lalu, Bagaimana dengan efek samping yang bisa ditimbulkan.  Adam Rowden menuliskan dalam publikasi ilmiahnya pada juli 2021 bahwa, seorang pasien yang telah mendapatkan injeksi obat akan mengalami benjolan di tempat suntikan yang biasanya sembuh tanpa intervensi. Selanjutnya dari beberapa pasien kemungkina akan mengalami perdarahan atau memar pada titik injeksi, reaksi alergi dan mati rasa yang biasanya bersifat sementara atau mungkin menetap. Efek samping lainnya, namun jarang ditemukan pasien akan mengalami rambut rontok dan kerusakan saraf.  Selanjutnya, efek-efek dari steroid seperti mual dan muntah, retensi cairan dan penglihatan kabur. Melihat antara efektivitas dan efek samping yang ditimbulkan dari blok nervus pada pasien dengan nyeri kepala, dapat dianjurkan untuk melakukan injeksi obat tersebut namun perlu pengontrolan terhadap efek samping dan injeksi dilakukan oleh professional medis.    
Referensi:
  1. Medically reviewed by Seunggu Han, M.D. Written by Adam Rowden onJuly 7, 2021.
  2. Moris Levin. Nerve Blocks in the Treatment of Headache. The Journal of the American Society for Experimental NeuroTherapeutics. 20
  3. Messoud A, Pierangelo G. Pathophysiology of Headaches, From Molecule to Man. Springer. 2015
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKetamin, Bukti dan Penggunaan Terbaru

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar