sejawat indonesia

Hubungan Antara Penggunaan Rokok Elektrik Dengan Iritasi Saluran Nafas Dan Asma

Rokok elektrik merupakan alat dengan baterai yang menghasilkan panas, mengandung nikotin, perasa, dan substansi inhalasi lain yang dapat dihirup berupa vapour atau aerosol. Jenis rokok ini dianggap lebih aman dibandingkan rokok tembakau dikarenakan kandungan rokok ini relatif lebih aman dibandingkan ratusan zat berbahaya yang terkandung pada rokok tembakau. Penggunaan rokok elektrik sangat meningkat didunia, walaupun studi mengenai toksisitas dan efek jangka panjang terhadap jenis rokok ini masih sangat terbatas. Pengguna rokok elektrik yang tidak pernah menggunakan rokok tembakau sebelumnya (pengguna tunggal) terdiri dari grup dewasa muda yang kemungkinan memiliki risiko hiperaktivitas bronkial dan terjadinya asma. Pada tahun 2016 tercatat 10.8 juta individu dewasa yang menggunakan rokrok elektrik di Amerika, dimana 2 juta dari kelompok itu belum pernah menggunakan rokok tembakau sebelumnya. Bentuk rokok elektrik bermacam-macam namun tiap alat memiliki fungsi yang sama. Cairan nikotin yang menguap berasal dari, ruang penguapan nikotin, dan baterai lithium yang dapat di isi ulang. Keamanan dan efek kesehatan jangka panjang dari rokok elektrik masih belum banyak diketahui. Secara umum rokok elektrik dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibandingkan rokok tembakau, namun penelitian yang mendukung gagasan ini masih sangat terbatas. Beberapa penelitian yang muncul justru menemukan adanya efek kesehatan jangka panjang terhadap penggunaan rokok elektrik ini terutama dampaknya terhadap asma. Studi yang dilakukan oleh Vardavas et. All (2012) didapatkan bahwa paparan akut dari rokok elektrik dihubungkan dengan peningkatan resistensi saluran napas perifer, hiperaktivitas bronkial, dan inflamasi saluran nafas. Berdasarkan akademi sains, insinyur, dan kedokteran nasional Washington dalam laporannya didapatkan dampak berupa batuk, dan wheezing pada individu remaja yang menggunakan rokok elektrik. Didapatkan juga hubungan antara penggunaan rokrok elektrik dengan peningkatan eksaserbasi asma. Studi ini juga mendapatkan bahwa tidak ditemukan adanya perbaikan fungsi paru dan gejala respirasi pada pasien asma yang berpindah dari rokok tembakau ke rokok elektrik atau yang menggunakan keduanya (dual use). Sedangkan, jika dibandingkan dengan perokok tembakau, Universitas California melakukan studi dimana didapatkan peningkatan risiko penyakit paru kronik (termasuk asma) pada penggunaan rokok elektrik sebanyak 30%, sedangkan peningkatan risiko sebanyak 160% pada individu yang menggunakan rokok tembakau. Sebuah studi yang dilakukan oleh Albert dkk. (2019) dengan menggunakan sampel sebanyak 402.822 individu, didapatkan kesimpulan bahwa terdapat peningkatan kecenderungan serangan asma pada pasien dengan intensitas penggunaan rokok elektrik yang lebih sering. Beberapa alasan mengapa penggunaan rokok elektrik dikaitkan dengan serangan asma, yaitu zat utama yang terkandung dalam rokok elektrik seperti propilen glikol dan gliserin dikaitkan dengan gejala batuk, peningkatan sekresi mulus, dan menurunkan fungsi paru yang dapat memperparah asma, tidak hanya itu rokok elektrik seperti vape dapat mempermudah bakteri penyebab pneumonia untuk melekat pada sel yang melapisi saluran nafas. Peneliti lain, Jun ho cho (2016) melakukan penelitian dengan sampel anak sekolah di Korea dengan asma yang menggunakan rokok elektrik dan yang tidak rokok elektrik. Dari hasil didapatkan bahwa pelajar yang menggunakan rokok elektrik lebih sering tidak hadir di sekolah akibat peningkatan insiden serangan asma. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya zat yang terkandung mengiritasi saluran nafas. Nah, apakah penggunaan rokok elektrik yang tidak mengandung nikotin juga dapat mengiritasi saluran pernafasan? Dari literatur penelitian yang ada, tidak hanya nikotin yang terkandung pada rokok elektrik yang menyebabkan masalah, tetapi rokok elektrik yang tidak mengandung nikotin juga dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Rokok tembakau merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Amerika Serikat dan Inggris Raya. Rokok tembakau berkaitan dengan peningkatan risiko serangan jantung, stroke, penyakit paru obstruktif, dan penyakit kronis saluran napas lainnya. Penggunaan rokok elektrik telah lama dianggap lebih aman dibandingkan rokok tembakau,  dan mungkin berperan dalam penghentian penggunaan rokok tembakau. Beberapa peneliti juga setuju dengan hal ini. Studi yang ada mengenai rokok elektrik masih sangat terbatas dikarenakan jenis rokok ini masih baru di pasaran walaupun kebanyakan penelitian menemukan hubungan toksisitas akut melalui meningkatnya resistensi saluran nafas, stress oksidatif, dan respon inflamasi dengan ditemukannya beberapa kasus gangguan pernapasan akut setelah penggunaan rokok elektrik. Walaupun begitu bukan berarti penggunaan rokok elektrik lebih aman dibandingkan rokok tembakau. Departemen kesehatan dan layanan masyarakat di Amerika Serikat menyatakan bahwa beberapa bahan yang terkandung dalam rokok elektrik dapat bersifat merusak mulai dari diasetil (menyebabkan popcorn lung) dan bahan lain seperti timbal juga dapat merusak parenkim dari paru. Studi oleh klager (2017) yang melakukan analisis terhadap 24 merek rokok elektrik terkenal, didapatkan bahwa setiap merek tersebut memiliki setidaknya satu zat yang berpotensi membahayakan kesehatan. Kesimpulannya, walaupun penggunaan rokok elektrik dan rokok tembakau tidak ada yang aman untuk kesehatan paru terutama asma, penggunaan rokok elektrik dapat membantu dalam proses penghentian penggunaan rokok tembakau pada individu. Center for Disease Control (CDC) menyatakan bahwa walaupun rokok elektrik dapat menguntungkan perokok dewasa yang berusaha untuk berhenti dari rokok tembakau, namun terdapat beberapa efek samping saluran nafas yang bisa terjadi terutama pada pasien dengan riwayat iritasi saluran nafas sebelumnya, dan penggunaannya pada anak-anak, remaja, dewasa muda, dan wanita hamil tidak dianjurkan.    
Referensi :
- Vardavas CI, Anagnostopoulos N, Kougias M, Evangelopoulou V, Connolly GN, Behrakis PK. Short-term pulmonary effects of using an electronic cigarette: impact on respiratory flow resistance, impedance, and exhaled nitric oxide. Chest. 2012;141(6):1400–6. https://doi.org/10.1378/CHEST.11-2443.
- Osei AD, Mirbolouk M, Orimoloye O. The Association Berween E-Cigarette use and Asthma Among Never Combustile Cigarette Smokers. 2019
- National Academies of Sciences, Engineering and Medicine. Public health consequences of e-cigarettes. Washington, DC: National Academies Press; 2018.
- https://gaapp.org/smoking-vaping-asthma/
- Jun Ho Cho, Samuel Y. Paik. Association between electronic igarette use and asthma among high school students in south korea. Plos One. 2016
- Klager S et all. Flavoing chemicals and Aldehydes in E-cigarette Emissions. PubMed.Gov. 2017
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMekanisme Infeksi T478K dari Varian Delta SARS-CoV-2

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar