Mengulik Jenis-Jenis Dislokasi Sendi dan Tata Laksananya
Sendi merupakan struktur penghubung antar tulang agar dapat digerakkan. Berdasarkan hubungan antar tulang, sendi dibagi menjadi tiga, yaitu :
- Sinartrosis : yaitu hubungan antara kedua tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali. Contohnya hubungan antara tulang tengkorak yaitu sutura.
- Amfiartrosis atau disebut juga sebagai sendi kaku, yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan tapi terbatas, contoh dari sendi ini adalah sendi tulang belakang, atau tulang rusuk
- Diartrosis disebut juga sebagai sendi aktif, yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, yang terdiri dari struktur sinovial yang berisi cairan sinovial berfungsi sebagai pelumas sendi, contohnya adalah sendi siku, lutut, dll.
Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental untuk membasahi permukaan sendi yang disebut caitan sinovial. Cairan sinovial normalnya bening, tidak membeku, dan tidak berwarna kekuningan. Jumlah cairan sinovial ditemukan pada tiap-tiap sendi normal yaitu 1 sampai 3 ml. bagian cair dari cairan sinovial berasal dari transudat plasma.
Cairan sinovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi. Dislokasi sendi adalah kondisi yang terjadi ketika tulang di sendi bergeser dan keluar dari posisi normalnya. Seluruh persendian di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama jika terjadi benturan akibat kecelakaan maupun olahraga.
Penyebab dislokasi sendi yang paling sering adalah terjatuh. Cedera olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola, hoki, volley, basket yang sering mengalami dislokasi pada sendi lutut, dan jari-jari tangan.
Dislokasi Sendi Bahu
Dislokasi sendi merupakan 50% dari seluruh kasus dislokasi sendi besar dengan dislokasi shoulder anterior merupakan yang tersering. Sendi bahu merupakan sendi yang kurang stabil karena glenoid yang dangkal hanya berartikulasi dengan sebagian kecil dari caput humerus. Pemeriksaan fisis sangat berperan dalam menarik diagnosis.
ROM (Range of Motion) menurun dan nyeri. Pada dislokasi anterior, lengan akan mengalami abduksi dan eksternal rotasi. Dapat teraba caput humerus pada bagian anterior. Dislokasi sendi bahu sulit dikenali karena lengan berada pada posisi internal rotasi dan adduksi, dapat juga teraba caput humerus di daerah posterior.
Tatalaksana dislokasi sendi bahu dilakukan dengan reduksi eksternal dengan menggunakan sedasi. Sedasi yang digunakan yaitu midazolam, etomidate, atau propofol, beberapa teknik reduksi eksternal diantaranya adalah :
1. Scapular Manipulation
Dilakukan pada dislokasi shoulder posterior dengan cara pasien dalam duduk dengan bahu kontralateral tetap bersandar. Dokter di belakang pasien menekan ujung skapula dengan ibu jari ke sisi medial dan mendorong acromion ke inferior dengan ibu jari lainnya, sementara asisten mentraksi lengan.
(Gambar 1. Teknik scapular manipulation.)
2. Teknik Milch
Teknik reposisi dilakukan pada dislokasi shoulder anterior dengan melakukan gerakan pasif abduksi dengan rotasi eksternal sementara ibu jari dokter di axilla menekan caput humerus. Teknik ini tidak memerlukan asisten maupun sedasi
(Gambar 2. Teknik Milch.)
3. Hippocratic Technique
Digunakan untuk dislokasi bahu anterior efektif hanya dengan satu orang untuk melakukan reduksi dengan satu kaki ditempatkan diantara dinding axilla dan dinding dada dengan rotasi internal dan eksternal secara hati-hati disertai traksi aksial.
(Gambar 3. Hippocratic Technique.)
4. Traction-Counter Traction
Dilakukan pada dislokasi sehoulder anterior yang merupakan modifikasi dari hippocratic technique dengan menggunakan sabuk sekitar daerah dada untuk memberikan gaya countertraction.
(Gambar 4. Traction-Counter Traction)
5. Stimson Technique
Dilakukan pada dislokasi shoulder anterior dengan cara pasien dalam posisi prone dengan bantalan di area clavicula di atas tempat tidur diberikan beban 2,5-4 kg yang diikat pada wrist joint. Persendian akan tereduksi secara spontan dalam waktu 15-20 menit.
(Gambar 5. Stimson Technique.)
Setelah sendi berhasil di reposisi, dilakukan immobilisasi selama 2-5 minggu dengan menggunakan valpeau sling dan dilakukan pemeriksaan radiologi shoulder AP untuk melakukan follow up terhadap reposisi.
Dislokasi Sendi Lutut
Dislokasi sendi lutut merupakan cedera yang berisiko dan membutuhkan tindakan operatif emergensi. Cedera ini memerlukan identifikasi, evaluasi, dan penunjang radiologis yang sesuai. Terdapat 4 ligamen yang berperan dalam menopang struktur sendi lutut, yaitu ligamentum cruciatium anterior, ligamentum cruciatum posterior, ligamen kolateral medial dan lateral.
Jika terjadi gangguan pada beberapa atau seluruh ligamentum ini maka dapat terjadi dislokasi sendi. Trauma energi tinggi seperti kecelakaan bermotor dengan kecepatan tinggi, cedera terkait olahraga, dan terjatuh adalah penyebab tersering dari kasus dislokasi sendi lutut.
Dislokasi sendi lutut anterior dan posterior merupakan kasus yang tersering. Pada pasien dengan dislokasi sendi, reduksi membutuhkan bantuan dua orang yang diberikan sedasi dan analgesia sebelumnya.
Reduksi dilakukan dengan satu penolong melakukan stabilisasi femur, sedangkan penolong yang lain melakukan gerakan manipulasi dari tibia. Ketika telah dilakukan reduksi, perlu dilakukan evaluasi dari status vaskular post-reduksi dengan palpasi nadi, dan mengukur ankle-brachial index (ABI) dengan membandingkan perfusi ekstremitas bawah (tibialis posterior dan dorsalis pedis) dan ekstremitas bagian atas (arteri brachialis).
Jika dislokasi sendi lutut tidak segera tertangani, komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan akibat keruasakan arteri dan vena popplitea, paroneal nerve injury, dan sindrom kompartemen.
Dislokasi Sendi Panggul
Dislokasi sendi panggul diklasifikasikan berdasarkan arah dislokasi dari caput femur apakah anterior maupun posterior, dan di tatalaksana dengan teknik reduksi spesifik. Dislokasi sendi panggul merupakan keadaan emergensi yang membutuhkan penanganan yang cepat tidak lebih dari 6 jam yang dihitung dari awal terjadinya dislokasi.
Komplikasi permanen, dan penanganan invasif hanya dilakukan jika dislokasi panggul tidak dapat di reduksi dalam waktu 6 jam. Secara umum reduksi tertutup merupakan tatalaksana inisial di ruang emergensi.
Bigelow pertama kali mengembangkan teknik reduksi tertutup dari dislokasi sendi panggul pada tahun 1870. Semenjak saat itu, teknik reduksi tertutup dislokasi panggul mulai banyak dikembangkan.
Dislokasi sendi panggul anterior di reduksi dengan melakukan inline traction dan rotasi eksternal, dengan penolong kedua menekan daerah caput femoris atau mendorong daerah femur dari arah lateral untuk membantu reduksi. Dislokasi hip posterior merupakan tipe tersering dan dapat diredukai dengan melakukan traksi longitudinal disertai rotasi interna dari panggul. (Gambar 6)
Gambar 6 A) stimson gravity technique pasien di posisikan prone, dengan kaki yang cedera tergantung di samping tempat tidur akan membuat hip fleksi dan knee fleksi masing-masing 90o, dalam posisi ini assisten mengimobilisasi pelvis sementara operator melakukan dorongan secara langsung pada proksimal betis, rotasi dari tungkai bawah akan membantu reduksi.
Gambar B) pasien dalam posisi supine, pemeriksa berada diatas pasien kemudian melakukan in-line traction, sementra assisten melakukan counter traction sambil menstabilkan pelvis pasien. Ketika traksi di tingkatkan, operator mengurangi fleksisekitar 70o, kemudian lakukan gerakan rotasi dari hip seperti melakukan adduksi, hal ini akan membantu caput femur terbebas dari lip of acetabulum. Penekanan dari lateral ke arah proksimal femur akan membantu reduksi. Bunyi "clunk" merupakan tanda berhasilnya reduksi tertutup.
Jika reduksi tertutup gagal, maka di indikasikan untuk dilakukan reduksi terbuka. Indikasi reduksi terbuka yaitu jika telah terjadi dislokasi sendi panggul dalam waktu yang lama, ketidakmampuan untuk mendapatkan sedasi adekuat di layanan emergensi, fraktur batang dan caput femur, dan instabilitas yang persisten atau terjadinya redislokasi setelah di berikan tatalaksana.
Dislokasi Sendi Temporomandibular
Dislokasi sendi temporomandibular dapat terjadi secara akut maupun kronik. Dislokasi TMJ akut merupakan keadaan yang sering terjadi di praktik sehari-hari dan dapat di tatalaksana dengan mudah dengan reduksi manual, sedangkan pada kondisi kronik memerlukan penangansn yang lebih kompleks.
Dislokasi sendi temporomandibular dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan fungsi neuromuskular atau adanya defisit struktural. Gangguan neuromuskular dapat disebabkan oleh kelemahan diskus artikularis dan ligamen kapsul, atau spasme pada otot pterigoid lateral.
Gejala klinis yang tampak adalah ketidakmampuan untuk menutup mulut atau (open lock), sulit berbicara, dan drooling. Pada keadaan dislokasi akut, terdapat nyeri pada daerah pre-aurikuler. Tapi pada keadaan kronik, keluhan ini tidak ditemukan. Dislokasi TMJ baik unilateral maupun bilateral dapat menyebabkan deviasi dagu ke arah kontralateral.
Palpasi pada daerah preaurikular ditemukan kekosongan pada ruang sendi. Pasien dislokasi TMJ akut akan merasakan nyeri yang hebat, tapi keadaan ini mudah untuk di atasi. Metode konservatif dalam tatalaksana termasuk pemberian anti nyeri dengan analgesik dan reduksi manual.
Teknik reduksi manual di tatalaksana dengan cara menekan mandibula ke arah bawah kemudian di lanjutkan ke arah belakang setelah itu dilanjutkan dengan mendorong mandibula ke arah atas sesuai dengan teknik Hippocrates. (Gambar 7)
(Gambar 7. Teknik reduksi dislokasi TMJ.)
Dislokasi Sendi Siku
Dislokasi sendi siku dapat terjadi secara komplit maupun parsial, dan biasanya terjadi setelah adanya trauma seperti terjatuh atau kecelakaan. Pada dislokasi komplit, seluruh permukaan sendi akan terpisah, sedangkan pada dislokasi parsial, permukaan sendi hanya berpisah sebagian.
Dislokasi sendi siku parsial disebut juga subluksasi. Dislokasi sendi siku komplit sangat nyeri dan akan tampak deformitas yang sangat jelas pada sendi siku. Pada dislokasi sendi parsial atau subluksasi, keadaan ini lebih sulit dideteksi, dan biasanya terjadi setelah kecelakaan.
Karena hanya terjadi dislokasi parsial, sendi siku dapat mengalami reposisi spontan dan siku akan tampak normal. Sendi siku dapat bergerak dengan normal, tapi biasanya akan nyeri. Pada inspeksi dapat terlihat memar akibat kerusakan dari ligamen siku dan membutuhkan waktu untuk sembuh.
Dislokasi parsial dapat terjadi berulang apabila kerusakan ligamen tidak sembuh. Dislokasi elbow posterior dapat dilakukan dengan metode Parvin maupun metode In Meyn and Quingley’s Method (Gambar 8) setelah itu dilakukan immobilisasi selama 2-3 minggu dengan creepe bandage dan sling dan dilakukan follow up dengan pemeriksaan X-Ray Elbow AP dan lateral untuk menilai hasil reduksi.
Gambar 8 A) Pasien dalam posisi prone diatas tempat tidur, kemudian melakukan traksi wrist ke arah bawah dalam beberapa menit. Ketika olectanon bergeser ke arah distal, angkat lengan atas.
B) In Meyn and Quingley’s Method : lengan bawah tergantung di samping tempat tidur, lakukan traksi ke arah bawah pada wrist, reduksi olecranon dengan menggunakan tangan lainnya.
Penulis : dr. Dody Abdullah Attamimi
Referensi :
- Michael Mohseni; Leslie V. Simon. Knee Dislocation. Stat Pearls Publishing. 2018
- Kwesi D, Raszewsk J, Duplantier N, Dislocation of the Hip: A Review of Types, Causes, and Treatment. Stat pearls publishing. 2018.
- Rachel A, Halleh A. Shoulder Dislocations Overview. National Library of Medicine. 2022.
- James L; Ben J. Elbow Dislocation. National Library of Medicine. 2022.
- Naresh K, Akhilesh K, Arun P. Temporomandibular joint dislocation. Pubmed Central. 2022.
Log in untuk komentar