Mengurai Penanganan Segera pada Penyakit Sepsis
Sepsis merupakan sindrom dengan kelainan fisiologis, patologis, dan biokimia yang disebabkan oleh infeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) hampir 270.000 orang di Amerika Serikat meninggal setiap tahun akibat sepsis.
Selain itu, ada peningkatan kesadaran bahwa pasien yang bertahan hidup dari sepsis sering kali memiliki cacat fisik, psikologis, dan kognitif jangka panjang dengan perawatan kesehatan dan implikasi sosial yang signifikan.
Pada tahun 1991, sebuah konferensi konsensus mengembangkan definisi sepsis yang menghubungkan infeksi dengan respon inflamasi sistemik, sindrom respon inflamasi sistemik (SIRS), yang didefinisikan menggunakan parameter klinis dan laboratorium sederhana. Hal ini memiliki keuntungan dari standarisasi definisi sepsis di berbagai wilayah dan merupakan kemajuan yang signifikan.
Namun, definisi SIRS, meskipun sensitif untuk mendeteksi sepsis, ternyata kurang spesifik. Ini karena respons inflamasi yang serupa terlihat sebagai bagian dari respons fisiologis terhadap gangguan non-infeksi, seperti pembedahan dan pankreatitis.
Selain itu, kriteria SIRS memiliki kinerja yang buruk dalam mengidentifikasi pasien yang membutuhkan perawatan kritis dan yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
Gugus tugas internasional telah mendefinisikan sepsis sebagai "disfungsi organ yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh respon host yang tidak teratur terhadap infeksi." Gugus tugas juga mempertimbangkan bagaimana mengoperasionalkan definisi ini, dengan menganalisis kriteria klinis apa yang paling baik mengidentifikasi pasien yang terinfeksi dengan sepsis.
Baca Juga :
- Terapi Potensial dan Tata Laksana Untuk Sepsis
- Penggunaan Biomarker sebagai Faktor Prognostik pada Pasien Pediatri dengan Sepsis
Dengan menggunakan kumpulan data yang besar (>1 juta catatan pasien), mereka menemukan bahwa peningkatan 2 poin atau lebih untuk pasien yang diduga terinfeksi menggunakan Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) paling baik memprediksi kematian di Rumah Sakit.
SOFA sudah dikenal luas dalam komunitas perawatan intensif, tetapi tidak begitu dikenal secara umum. Oleh karena itu, gugus tugas mengembangkan alat skrining klinis sederhana yang berkinerja sangat baik dalam mengidentifikasi pasien dewasa dengan dugaan infeksi yang cenderung memiliki hasil yang buruk. Skrining klinis sederhana itu disebut "SOFA cepat" (qSOFA).
Seorang pasien yang memenuhi dua kriteria tersebut memiliki hasil yang serupa dengan mereka yang memenuhi lebih dari 2 poin pada skala SOFA penuh. Oleh karena itu, gugus tugas menganggap bahwa skor qSOFA 2 atau lebih harus dilakukan penyyelidikan lebih lanjut terhadap disfungsi organ, mempertimbangkan eskalasi terapi, dan mengevaluasi rujukan ke perawatan kritis.
Ditinjau dari patogenensis sepsis, melibatkan proses yang sangat kompleks. Sebuah kemajuan konseptual, yang dibuat dalam naskah pada tahun 1986 yang menunjukkan bahwa terdapat peran dari host cytokine tumour necrosis factor (TNF, juga dikenal sebagai cachectin) dapat mereproduksi banyak fitur patologis dan klinis sepsis.
Mengingat bahwa banyak produk bakteri dan patogen lainnya dapat menginduksi produksi TNF, jelas bahwa respon host terhadap infeksi memainkan peran penting dalam patogenesis kondisi tersebut, seperti yang diamati oleh ilmuwan Lewis Thomas pada tahun 1972.
Sejak itu, banyak penelitian telah menunjukkan jaringan kompleks sitokin penting dalam memediasi banyak efek dari sepsis. Selain itu, jalur proinflamasi juga penting dan jalur antiinflamasi juga diaktifkan dan dapat menurunkan respons korektif di kemudian hari selama sepsis.
Selain mediator protein dan peptida, ada juga sejumlah besar mediator lain yang terlibat, termasuk prostanoid, faktor pengaktif trombosit, dan pola molekul terkait kerusakan endogen (DAMPS) yang dilepaskan dari sel yang terluka, seperti ATP dan protein kelompok mobilitas tinggi.
Dalam upaya untuk menyederhanakan jalur patogen yang kompleks, empat fitur utama dapat dijelaskan dalam gambar berikut :
Kelangsungan hidup pada penderita sepsis telah meningkat selama 40 tahun terakhir. Tapi, masih terdapat banyak kekurangan terutama pada terapi molekuler khusus untuk kondisi sepsis, selain terapi antimikroba yang selama ini diaplikasikan pada pasien sepsis.
Banyak percobaan agen biologis yang menjanjikan yang menargetkan berbagai mediator sepsis, tapi mengalami kegagalan. Selanjutnya, artikel akan berfokus pada manajemen segera sepsis.
Resusitasi
Resusitasi segera pada pasien septik yang sakit kritis tidak jauh berbeda dengan pasien non-septik. Oksigen yang cukup untuk mempertahankan saturasi lebih dari 95% harus diberikan. Meskipun tidak ada bukti uji coba terkontrol secara acak berkualitas tinggi, tapi hal tersebut telah dianggap sebagai perawatan standar, untuk memberikan saline intravena pada semua pasien dengan sepsis.
Untuk pasien dengan hipotensi, dapat diberikan bolus 500 mL saline selama 15 menit. Cairan lebih lanjut harus dititrasi untuk melihat adanya respon. Cairan berbasis pati harus dihindari serta penggunaan albumin belum memiliki cukup bukti untuk kebermanfaatannya pada pasien sepsis.
Hipotensi persisten meskipun resusitasi cairan yang memadai hampir pasti memerlukan fasilitas perawatan intensif (ICU) dan penggunaan vasopressor, noradrenalin adalah agen pilihan.
Terapi Antimikroba yang Cepat dan Tepat
Penelitian telah menunjukkan manfaat yang jelas dari penggunaan cepat antimikroba yang menargetkan kemungkinan patogen penyebab. Meskipun kapan waktu yang tepat untuk pemakaian tidak sepenuhnya jelas, setiap upaya harus dilakukan untuk memberikan obat tersebut secepat mungkin, idealnya dalam waktu 1 jam setelah masuk rumah sakit.
Sebelum pemberian antibiotik, kultur darah harus diambil. Meskipun tidak ada uji coba yang menunjukkan manfaat atau tidak dari kultur tersebut, identifikasi dan karakterisasi sensitivitas antibiotik dari patogen kultur sangat penting dalam manajemen lebih lanjut.
Keseimbangan Cairan yang Akurat
Urin output harus dicatat, bersama dengan semua cairan yang diberikan. Kateter urin harus ditempatkan jika diperlukan untuk manajemen pasien.
Gula Darah
Jika terjadi hiperglikemia, gula darah harus dijaga <10 mM dengan insulin intravena. Kontrol gula darah yang lebih agresif dikontraindikasikan.
Kontrol Sumber
Terlepas dari kebutuhan akan perhatian segera pada parameter fisiologis yang berubah, identifikasi dan pengelolaan sumber sepsis juga penting. Dari anamnesis, pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan radiologis yang sesuai, kemungkinan sumber infeksi dapat diidentifikasi. Meskipun, pada sekitar 25% kasus tidak ada sumber yang dapat diidentifikasi.
Namun, manajemen yang cepat dari sumber infeksi sangat penting, seperti drainase efusi pleura, debridement luka yang terinfeksi, atau intervensi bedah untuk mengeringkan abses intra-abdominal.
Definisi dan kriteria klinis yang diperbarui ini seharusnya memperjelas deskriptor yang telah lama digunakan dan memfasilitasi pengenalan lebih awal. Ini juga berlaku pada manajemen yang lebih tepat waktu pada pasien dengan sepsis, atau yang berisiko berkembang menjadi syok sepsis. Defenisi, kriteria klinis dan manajemen, bagaimanapun masih dalam proses pengembangan.
Penulis : Suci Sasmita, S.Ked
Referensi :
- Singer M. Deutschman CS. Seymour CW, et al. (2016). The Third International Consensus Definitions for Sepsis and Septic Shock (Sepsis-3). JAMA, 315(8), 801–810.
- Jarczak, D., Kluge, S., & Nierhaus, A. (2021). Sepsis-Pathophysiology and Therapeutic Concepts. Frontiers in medicine, 8, 628302.
Log in untuk komentar