sejawat indonesia

Peneliti Temukan Golongan Darah dengan Risiko Tinggi Terkena Stroke

Stroke masih menjadi salah satu momok bagi masyarakat. Berdasarkan data yang dihimpun World Stroke Organization (WSO), ada 13,7 juta kasus baru yang muncul setiap tahunnya. Dan rata-rata angka kematiannya mencapai 5,5 juta jiwa per tahun. Sedangkan di Indonesia, jumlah pasien baru stroke dalam jangka 12 bulan selalu mencapai 550 ribu pasien.

Orang-orang sebelumnya sudah mengetahui bahwa gaya hidup dan genetik menjadi dua faktor penyebab penyakit tersebut. Tapi, publikasi hasil penelitian baru-baru ini menjadi "kisi-kisi" tentang potensi stroke yang dimiliki setiap orang, terutama pemilik golongan darah tertentu. Artikel berjudul "Contribution of Common Genetic Variants to Risk of Early Onset Ischemic Stroke" diteritkan oleh jurnal Neurology pada 31 Agustus 2022 lalu.

Penelitian tersebut dilakukan oleh konsorsium Genetics of Early Onset Ischemic Stroke Consortium, sebuah kolaborasi dari puluhan lembaga berbeda di Amerika Utara, Eropa, Jepang, Pakistan, dan Australia. Sampel yang diteliti mencapai 16.927 kasus stroke iskemik onset dini pada pasien usia 18 hingga 59 tahun.

Selain hampir 17.000 kasus yang diteliti, ada pula 599.237 kontrol non-stroke yang diperoleh di 48 lembaga berbeda yang terlibat. Kami selanjutnya membandingkan ukuran efek pada lokus terkait antara serangan awal stroke (EOS) dan stroke onset lambat (LOS) dan membandingkan skor risiko poligenik untuk tromboemboli vena antara EOS dan LOS.

Berdasarkan meta-analisis ribuan kasus orang dewasa di bawah usia 60 tahun, ditemukan pola bahwa Individu dengan golongan darah A memiliki risiko 16 persen lebih tinggi untuk EOS. Sebaliknya, memiliki golongan darah O mengurangi risiko EOS hingga 12 persen.


Baca Juga :


Berbicara kepada Medscape Medical News, salah satu peneliti yakni Braxton Mitchell, P.hD., menyebut bahwa hasil penelitian yang ia lakukan bersama 115 rekannya membuka kemungkinan orang-orang untuk lebih waspada sejak awal.

Selain itu, hubungan dengan risiko secara signifikan lebih kuat pada EOS ketimbang pada mereka dengan LOS. Ini menunjukkan bukti peran yang lebih kuat untuk faktor protrombotik pada pasien yang lebih muda.

Para peneliti menemukan bahwa perlindungan golongan darah O dari stroke lebih kuat antara EOS dan LOS, yakni rasionya mencapai 0,88 berbanding 0,96 (P = 0,0001). Sedangkan hubungan golorngan darah A dengan peningkatan risiko EOS ditemukan lebih kuat pada LOS, rasionya sendiri adalah 1,16 berbanding 1,05 (P = 0,0005).

Sedangkan saat menggunakan skor risiko poligenik, para peneliti menemukan bahwa risiko genetik yang lebih besar untuk tromboemboli vena lebih kuat terkait dengan EOS dibanding LOS (P = 0,0008).

Sebelumnya, sudah ada yang menunjukkan hubungan antara risiko stroke dengan golongan darah A-B-O. Tapi, baru penelitian ini yang secara spesifik menyebut bahwa golongan darah A dan P memiliki resistensi yang bertolak belakang secara genetik dengan gejala stroke dini.

Apakah ini berarti golongan darah tertentu menjadi pemicu stroke? Para peneliti menyebut bahwa golongan darah sebagai faktor risiko stroke ini sama sekali tidak memiliki implikasi pada perawatan pecegahan. Risikonya yang lebih besar datang dari faktor lain seperti kebiasaan merokok dan hipertensi, tapi ini pula yang bisa dihindari oleh orang-orang.

Namun, jika seseorang dengan golongan darah A, dan sudah melakukan beberapa kebiasaan faktor risiko lain, maka kemungkinannya terkena stroke akan sangat tinggi.

Hasil penelitian ini sendiri diyakini menguak misteri lain yang menyangkut stroke. Editor jurnal Neurology, Jennifer Juhl Majersik, MD., studi ini mengisi kesenjangan penelitian stroke yang lebih berfokus pada dampaknya ke orang tua dan lansia yang berusia 60 tahun ke atas. Sebab orang dengan EOS kerap dikecualikan dalam uji coba.

Jennifer, dalam kata pengantarnya dalam edisi terbaru jurnal Neurology, menyebut bahwa penelitian yang dilakukan oleh Braxton beserta kolega memperdalam pemahaman para saintis tentang patofisiologi EOS. Ia bahkan menulis bahwa hasil analisis ini bisa mengarah pada dasar perawatan pencegahan yang ditargetkan pada EOS dan mengurangi kecacatan pada tahun-tahun produktif pasien.

Braxton sendiri menyerukan seruan untuk studi yang lebih besar kepada pasien muda dengan stroke dalam uji klinis. Ia beralasan bahwa stroke yang dialami anak-anak muda berbeda dengan yang dialami lansia, dengan banyak faktor risiko tapi beberapa juga yang berbeda. Ini dianggap penting sebab tren gejala awal stroke pada anak muda menungkat beberapa tahun terakhir.

Meski begitu, masih ada beberapa limitasi penelitian ini. Pertama, para peserta yang sampelnya diteliti adalah keturunan Eropa (Kaukasia). Alhasil, perlu ada tambahan data dari beragam keturunan (Asia, Afrika, Indian, dan lain-lain) untuk mencari tahu apakah golongan darah A-O ini juga berlaku.

Kedua, seperti yang ditulis sebelumnya, para peneliti belum menemukan hubungan pasti antara golongan darah dan stroke. Sehingga, pengumpulan data hanya berfokus pada faktor penyebab alih-alih asosiasi secara langsung.

Ketiga, jumlah sampel masih terbatas. Kemampuan peneliti untuk melihat subtipe yang unik dan faktor yang lebih rinci.

Temuan ini diakui bisa menjadi dorongan positif bagi orang-orang untuk mengubah gaya hidup. Sedang bagi para peneliti, mereka bisa memulai perbincangan terkait obat-obatan atau strategi lain yang bisa mengurangi trombosis di arteri atau vena.

Risiko stroke sendiri bisa dikurangi hingga 80 persen dengan cara berhenti merokok, Berhenti merokok, mengonsumsi buah-buahan dan sayuran (diet Mediterania), olahraga teratur minimal 10 menit per hari, rutin memeriksa tekanan darah dan kadar kolesterol.

Cari tahu tentang langkah-langkah penanganan stroke iskemik bersama ahlinya melalui LIVE CME Quick Response to Ischemic Stroke in Primary Care.


Referensi : 

  • Mitchell, B. D, et. al. (2022). Contribution of common genetic variants to risk of early onset ischemic stroke. Neurology..
  • Burton, K. W. (2022, September 2). Blood type linked to higher risk for early onset stroke. Medscape. Retrieved September 5, 2022, from https://www.medscape.com/viewarticle/980048#vp_2.
  • MediLexicon International. (n.d.). Type A vs. O: Does blood type influence stroke risk? Medical News Today. Retrieved September 5, 2022, from https://www.medicalnewstoday.com/articles/is-there-a-link-between-your-blood-type-and-risk-of-stroke#How-to-reduce-your-stroke-risk.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKanker Paru-Paru dan Polusi Udara: Jalur dan Mekanisme Potensial

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar