sejawat indonesia

Peran Suplementasi Zinc Mengatasi Diare Akut Anak

Di negara berkembang seperti Indonesia, diare akut pada anak masih menjadi permasalahan besar hingga menyebabkan kematian. WHO telah merekomendasikan suplementasi zinc untuk anak dengan diare akut. Seberapa berperankah zinc untuk mengatasi diaret akut pada anak?

Secara global, ada hampir 1,7 miliar kasus penyakit diare pada anak setiap tahun. Penyakit ini termasuk penyakit endemis dan memiliki potensi untuk menjadi KLB hingga menyebabkan kematian. WHO menyatakan bahwa diare adalah penyebab kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dengan jumlah kematian sekitar 525.000 anak setiap tahun. Prevalensi diare tertinggi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga Kesehatan yaitu didapat pada kelompok usia 1-4 tahun sebesar 11,5% dan pada bayi sebesar 9%.

Di negara-negara berkembang dan berpenghasilan rendah, anak di bawah 3 tahun mengalami setidaknya 3 episode diare setiap tahun. Setiap episode yang dapat berlangsung dalam beberapa hari membuat anak banyak kehilangan cairan (dehidrasi) dan nutrisi (malnutrisi) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan akibat pengeluaran melalui feses cair dan muntah.

Diare didefinisikan sebagai keluarnya feses lebih dari 3 kali dalam waktu 24 jam dengan konsistensi cair yang dapat disertai darah atau lendir; tidak termasuk feses berbentuk pasta pada bayi yang menerima ASI dan buang air besar yang sering namun memiliki konsistensi padat.

Diare biasanya merupakan gejala infeksi pada saluran usus yang dapat disertai gejala gastrointestinal lainnya seperti mual dan muntah, yang disebabkan oleh berbagai organisme baik bakteri, virus maupun parasit. Infeksi dapat menyebar melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi, atau dari orang ke orang sebagai akibat dari kebersihan yang buruk. 

Secara klinis, diare dibedakan menjadi empat jenis yaitu:

1. Diare cair akut (termasuk kolera), biasanya dapat berlangsung beberapa jam atau hari, bahaya utamanya adalah dehidrasi; penurunan berat badan juga dapat terjadi apabila pemberian makan tidak dilanjutkan.

2. Diare berdarah akut, disebut juga disentri, bahaya utamanya adalah kerusakan mukosa usus, sepsis dan malnutrisi; komplikasi lain seperti dehidrasi juga dapat terjadi.

3. Diare persisten, biasanya berlangsung 14 hari atau lebih, bahaya utamanya adalah malnutrisi dan gangguan usus non-infeksi yang serius; juga dapat terjadi dehidrasi.

4. Diare dengan gizi buruk (marasmus atau kwashiorkor), bahaya utamanya adalah infeksi sistemik berat, dehidrasi, gagal jantung, dan defisiensi vitamin dan mineral.

WHO telah merekomendasikan pemberian intervensi untuk mencegah diare, diantaranya pemberian air minum yang terjamin keamanannya dan penggunaan sanitasi yang baik serta cuci tangan menggunakan sabun.

WHO juga merekomendasikan penanganan diare dengan larutan rehidrasi oral (oral rehidration solution; ORS) atau dapar diganti dengan larutan campuran air bersih, gula dan garam. Meskipun keberhasilan terapi larutan rehidrasi oral (ORS) tersebut tidak dapat disangkal, namun bukti kematian akibat diare pada anak masih cukup besar. Untuk itu dirumuskan revisi baru oleh WHO dan UNICEF, bersama USAID dan para ahli lainnya yang merekomendasikan pemberian garam zinc bersama dengan oralit osmolaritas rendah, dengan penurunan kadar glukosa dan garam, selama diare akut.

Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet terdispersi dan biasanya diberikan sebagai zinc sulfat, zinc asetat, atau zinc glukonat, yang semuanya merupakan senyawa yang larut dalam air. Dengan suplementasi zinc segera setelah mengalami diare, diharapkan durasi dan tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang.

WHO dan UNICEF dengan berdasarkan pada berbagai penelitian, termasuk yang tercantum pada Pedoman Pelayanan IDAI, merekomendasikan pemberian zinc dengan dosis 10 mg per hari untuk anak usia <6 bulan dan 20 mg per hari untuk anak usia >6 bulan yang mengalami diare.

Pemberian suplementasi zinc yang dilanjutkan selama 10 hingga 14 hari akan dapat mengganti zinc yang hilang selama diare sepenuhnya dan risiko anak kembali mengalami episode diare baru dalam 2-3 bulan berikutnya dapat berkurang. Hal ini dikarenakan zinc memiliki mekanisme spesifik terhadap sistem gastrointestinal.

Para peneliti Cochrane telah melakukan penelitian dan mendapatkan hasil di antaranya zinc dapat mengembalikan integritas barrier mukosa dan aktivitas enzim enterosit brush-border, menginduksi produksi antibodi dan limfosit yang bersirkulasi melawan patogen usus, dan memiliki efek langsung pada saluran ion, bertindak sebagai penghambat saluran kalium dari sekresi klorin yang dimediasi adenosin 3-5-siklik monofosfat.

Penelitian lain juga mengungkapkan hasil serupa bahwa zinc dapat meningkatkan penyerapan air dan elektrolit, meningkatkan regenerasi epitel usus, meningkatkan tingkat enzim brush border, dan meningkatkan respon imun, serta memungkinkan pembersihan patogen yang lebih baik.

Sebuah publikasi terbaru dalam studi in-vitro dengan ileum tikus, menunjukkan hasil bahwa zinc juga menghambat sekresi cairan berdasarkan klorida yang diinduksi cAMP dengan menghambat saluran kalium (K) basolateral.

Penelitian ini juga menunjukkan spesifisitas Zn terhadap kanal K yang diaktifkan cAMP, karena zinc tidak memblok kanal K yang dimediasi oleh kalsium (Ca), namun menurut penelitian tersebut mekanisme ini hanya akan efektif pada kasus diare tanpa defisiensi zinc. Laporan terbaru lainnya memberikan bukti bahwa zinc dapat menghambat aktivitas toksin yang diinduksi kolera (toxin-induced cholera) tetapi tidak menghambat toksin E. coli yang tahan terhadap panas, yang diinduksi enterotoksin.

Sebanyak 33 percobaan yang melibatkan 10.841 anak memenuhi kriteria inklusi menunjukkan bukti bahwa pada anak-anak usia lebih dari 6 bulan, suplementasi zinc dapat mempersingkat durasi diare rata-rata sekitar setengah hari dan dapat mengurangi jumlah anak yang diare berlanjut sampai hari ketujuh meskipun bukti kepastiannya masih tergolong rendah hingga sedang.

Bukti kepastian tinggi justru didapatkan dari pemberian zinc pada anak-anak dengan tanda-tanda malnutrisi yang memberikan efek lebih besar dalam mengurangi durasi diare sekitar satu hari. Sementara, pada anak-anak usia di bawah 6 bulan, bukti dengan kepastian rendah yang ada menunjukkan bahwa suplementasi zinc tidak cukup berpengaruh pada durasi rata-rata diare. 

Pada penelitian lain, selain durasi, juga diungkap bahwa frekuensi dan jumlah feses pada anak dengan diare yang mendapatkan suplementasi zinc mengalami pengurangan secara signifikan hingga 62% per hari.

Perlu diketahui bahwa suplementasi zinc dapat meningkatkan risiko muntah baik pada anak-anak usia di bawah 6 bulan maupun di atas 6 bulan, terlebih apabila dikonsumsi dalam jumlah besar dapat menyebabkan diare, kram perut, dan muntah dalam waktu 3-10 jam setelah mengonsumsi zinc, meskipun pada umumnya gejala akan mereda dalam waktu singkat. Untuk itu dosis 10 mg dan 20 mg adalah dosis terbaik yang direkomendasikan untuk meminimalisir efek samping tersebut.

Dilaporkan sebuah bukti dengan kepastian sedang bahwa di antara anak-anak dengan diare persisten, suplementasi zinc memang dapat memperpendek durasi rata-rata diare sekitar 16 jam tetapi mungkin meningkatkan risiko muntah. 

Interaksi obat juga perlu diperhatikan dalam memberikan suplementasi zinc agar penyerapan zinc dapat efektif. Berikut adalah beberapa zat yang dapat menghambat penyerapan zinc:

  1. Fitat yang ada dalam makanan pokok seperti sereal, jagung, dan nasi.
  2. Produk susu dan roti cokelat.
  3. Suplemen zat besi (Fe), untuk itu disarankan suplemen zinc diberikan 2 jam sebelum suplemen zat besi.
  4. Garam kalsium.
  5. Tetrasiklin oral, untuk itu juga disara suplemen Zn diberikan 2 jam sebelum tetrasiklin.

Pemberian zinc oral dianggap memberikan manfaat besar dalam penanganan diare. Selain dapat mempersingkat frekuensi, durasi, dan jumlah feses yang keluar akibat diare, penambahan suplementasi zinc dalam penanganan standar diare dinilai nampu meningkatkan efektivitas biaya yang dikeluarkan.

Penulis: dr. Pamela Sandhya De Jaka

Referensi: 

  • Apriani DGY, Putri DMFS, Widiasari NS. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada Balita Di Kelurahan Baler Bale Agung Kabupaten Jembrana Tahun 2021. Journal of Health and Medical Science. 2022;1(3)
  • WHO. Diarrhoeal disease. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/diarrhoeal-disease.
  • World Health Organization. The Treatment of diarrhoea : a manual for physicians and other senior health workers. - 4th rev. 2005. ISBN 9241593180.
  • IDAI. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2009.
  • Lazzerini M, Wanzira H. Oral zinc for treating diarrhoea in children. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2016;2017(4). doi: 10.1002/14651858.CD005436.pub5
  • Rabinovich D, Smadi Y. Zinc. StatPearls. 2022.
  • Thawani V, Bajait C. Role of zinc in pediatric diarrhea. Indian Journal of Pharmacology. 2011;43(3):232. doi: 10.4103/0253-7613.81495

 

 

 

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPeran Jumlah trombosit pada Kasus Duktus Arteriosus Paten Neonatus Prematur

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar