sejawat indonesia

Sindrom Iritasi Usus (Irritable Bowl Syndrom (IBS))

Sindrom iritasi usus (Irritable Bowl Syndrome (IBS)) adalah sindrom umum yang menyebabkan banyak orang untuk mencari bantuan medis. Kondisi ini terpisah dari penyakit radang usus dan tidak terkait dengan kondisi usus lainya.

Sindrom iritasi usus juga dikenal sebagai kejang usus besar, usus iritasi, kolitis mukosa dan kolitis spastik. Kondisi ini termasuk gejala seperti kram, nyeri perut dan kembung, sembelit, dan diare. Beberapa individu yang memiliki kondisi tersebut memiliki gejala ringan, sementara yang lain mengalami dampak yang signifikan terhadap kehidupan sehari-hari.

Sindrom ini dapat menyebabkan kerusakan usus di beberapa penyebab, biasanya hanya menyebabkan berbagai gejala, menurut National Digestive Diseases Information Clearinghouse (NDDIC), sekitar 20% penduduk Amerika mengalami gejala tersebut dan lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

Sindrom ini tidak meningkatkan risiko untuk kanker pencernaan, tetapi masih dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari.

Apa penyebabnya?

Penyebab pasti dari sindrom ini tidak diketahui secara pasti, tetapi kemungkinan penyebabnya antara lain usus yang terlalu sensitif atau sistem kekebalan tubuh. Pasca-infeksi sindrom ini disebabkan oleh infeksi bakteri sebelumnya di saluran pencernaan.

Proses fisik yang terlibat dalam sindrom ini dapat bervariasi, tetapi dapat terdiri dari :

  • Gerakan melambat atau kejang pada usus besar, sehingga menimbulkan kram yang menyakitkan.
  • Tingkat serotonin yang abnormal pada usus besar, yang mempengaruhi pergerakan motilitas dan usus.
  • Penyakit seliak ringan yang merusak usus, menyebabkan gejala sindrom iritasi usus

Gejala IBS

Individu dengan IBS memiliki keluhan gastrointestinal yang berlangsung setidaknya selama tiga bulan untuk setidaknya tiga hari per bulan. Gejala seperti kembung dan gas biasanya diselesaikan setelah buang air besar. Tidak jarang bagi seorang individu dengan IBS memiliki kedua gejala sembelit dan diare. Gejala ini tidak selamanya terjadi secara terus-menerus. Gejala-gejala ini dapat timbul dalam jangka waktu tertentu dan terselesaikan, lalu kemudian timbul kembali. Beberapa individu justru mengalami gejala yang berkelanjutan.

[sejawat break]

Bagaimana Mendiagnosa IBS?

Dokter dapat mendiagnosa IBS berdasarkan gejala yang dilaporkan oleh pasiennya. Mereka mungkin akan menerapkan pola makan tertentu atau memotong kelompok makanan tertentu untuk jangka waktu tertentu agar dapat menyingkirkan alergi makanan. Sebuah sampel-sampel tinja dapat diambil untuk menyingkirkan infeksi, dan tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia dan menyingkirkan penyalit seliak.

Sebuah kolonoskopi juga dapat dilakukan. Ini adalah tes dimana tabung dengan kamera dan sumber cahaya dimasukkan melalui anus agar dokter dapat memeriksa usus dan melakukan biopsi jika diperlukan. Hal ini biasanya dilakukan jika dicurigai ada penyebab lain dari gejala IBS, seperti kolotis, penyakit radang usus atau kanker. Kolonoskopi juga biasanya direkomendasikan sebagai skrining untuk kanker jika pasien berusia lebih dari 50 tahun dan belum pernah menjalani kolonoskopi sebelumnya.

Mengobati IBS

Tidak ada pengobatan untuk penyakit IBS ini. Pengobatan hanya ditunjukan untuk menghilangkan gejala. Perubahan gaya hidup biasanya lebih dahulu dilakukan sebelum kemudian menjalani pengobatan. Hal yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala IBS meliputi:

  • Aktif dalam latihan fisik secara teratur
  • Meminimalkan minuman berkafein yang merangsang usus
  • Makan makanan yang berukuran kecil
  • Menghindari makanan gorengan atau pedas
  • Meminimalkan stres (terapi bicara dapat membantu)
  • Mengambil probiotik (bakteri "Baik" biasaya ditemukan dalam usus, ada bukti bahwa probiotik dapat membantu mengurangi gas dan kembung)

Jika gejala tidak juga membaik, dokter mungkin akan menyarankan pengobatan. Tiap pasien menanggapi obat yang berbeda-beda, sehingga pasien mungkin perlu untuk bekerjasama dengan dokternya untuk menemukan obat yang tepat. Obat-obatan yang digunakan termasuk obat untuk mengontrol kejang otot, obat anti-sembelit, antidepresan trisiklik untuk meringankan rasa sakit, dan antibiotik. Jika gejala IBS utama adalah sembelit, linaclotide dan lubiprostone adalah dua obat yang direkomendasikan oleh American College of Gastroenterology (ACG).

Tidak disarankan untuk mengambil obat tanpa resep untuk gejala IBS tanpa terlebih dahulu berbicara dengan dokter.

Menjalani Hidup dengan IBS

IBS dapat menjadi kondisi yang tidak nyaman dan dapat menyulitkan penderitanya untuk bekerja, menghadiri acara social, atau wisata. Namun, gejala IBS dapat diminimalisir dan bahkan berhasil teratasi.

Perlu dipahami bahwa stres dapat memperburuk gejala. Jika terdapat gejala IBS, usus mungkin akan menjadi terlalu responsif meskipun terhadap konflik yang sangat kecil. Ada juga bukti bahwa IBS dipengaruhi oleh sistem kekebalan tubuh yang dipengaruhi oleh stres.

Terapi komplementer yang dapat membantu meningkatkan relaksasi meliputi:

  • Berjalan dan yoga
  • Meditasi
  • Konseling
  • Tidur teratur
  • Akupuntur

Sumber Artikel :

http://www.healthline.com/

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

http://digestive.niddk.nih.gov/

http://www.mayoclinic.com/

 
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaInilah Yang Terjadi Ketika Anda Meminum Hanya Air Putih Dalam 30 Hari

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar