sejawat indonesia

Strategi Pemilihan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid

Tahun 1971, Vane et al. menemukan bahwa aspirin dan indomethacin menghambat produksi prostaglanding dengan memblokir aktivitas  cyclooxygenase-2 (COX-2). Sejak saat itu, diperkenalkan istilah Nonsteroid Antiinflammatory Drugs (NSAID). NSAID termasuk dalam kelompok obat yang paling sering diresepkan dan paling mudah diakses oleh masyarakat umum.  Di Amerika Serikat dan Eropa Barat, peresepan NSAID mencapai 4%-7%, namun pada penggunaan di Indonesia belum didapatkan kalkulasi pasti. NSAID sering digunakan oleh karena efektivitasanya yang baik sebagai analgetik, anti-inflamasi, dan anti piretik. Efektivitas kerja NSAID didapatkan dari kemampuannya menghambat sintesis prostatglanding melalui penghambatan kerja enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase diketahui bekerja pada jalur konversi asam arakhidonat menjadi prostaglanding dan tromboksan, sehingga ketika enzim ini dihambat maka asam arakhidonat tidak dapat konversi menjadi prostaglanding dan tromboksan. Prinsip mekanisme NSAID adalah blockade sintesa prostaglanding melalui hambatan cyclooxygenase (Enzim COX-1 dan COX-2), dengan mengganggu lingkaran cyclooxygenase. NSAID adalah salah satu obat yang secara konsisten telah menunjukkan efektifitas dalam menurunkan nyeri dalam jangka panjang.  

Farmakodinamik NSAID

NSAID terutama bekerja dengan menghambat jalur cyclooxygenase. Pada jalur ini, kebanyakan NSAID bekerja secara reversibel dengan mencegah pertemuan asam arakidonat di tempat aktivasi enzim COX sehingga biosintesis prostaglandin dapat dihambat, kecuali aspirin karena bekerja dengan mengasetilasi Ser-530 di COX-1 dan SER- 516 di COX-2 sehingga efeknya irreversibel. Beberapa NSAID juga memiliki efek kerja tambahan, seperti menghambat kemotaksis, mengurangi produksi interleukin-1, dan mengurangi produksi radikal bebas. NSAID penghambat COX-2 selektif (coxib) disintesis hanya beberapa tahun setelah COX-2 ditemukan. Keuntungan NSAID jenis ini adalah NSAID tidak mengganggu fungsi platelet dan fungsi sistem pencernaan pada dosis biasa dengan efektivitas yang relatif sama dengan NSAID lain. Perlu diperhatikan bahwa NSAID penghambat COX-2 selektif juga memiliki efek samping, dimana mereka mampu meningkatkan risiko gangguan kardiovaskuler pada penggunaan jangka panjang. Seringnya insiden henti jantung menyebabkan rofecoxib dan valdecoxib ditarik dari pasaran. Saat ini hanya celecoxib yang masih digunakan untuk kepentingan klinis. Pada kondisi perioperatif, coxib mungkin lebih aman digunakan daripada NSAID lain karena tidak menyebabkan disfungsi platelet dan gangguan pencernaan. Pada umumnya, NSAID menurunkan sensitivitas pembuluh darah terhadap bradikinin dan histamin, mempengaruhi produksi limfokin dari limfosit T, dan melawan vasodilatasi yang terjadi saat inflamasi. NSAID bersifat analgesik, antiinflamasi, dan hampir semua menghambat agregasi platelet. Kebanyakan NSAID juga bersifat mengiritasi lambung, nefrotoksik (karena penghambatan terhadap prostaglandin yang berperan dalam autoregulasi aliran darah ginjal), dan hepatotoksik. Berdasarkan farmakodinamik tersebut, efek samping yang mungkin muncul dari konsumsi NSAID biasanya berada dalam spektrum berikut: 1) Sistem saraf pusat: sakit kepala, telinga berdenging, pusing, 2) Kardiovaskuler: retensi cairan, hipertensi, edema, infark miokard, gagal jantung kongestif, 3) Pencernaan: nyeri perut, displasia, mual, muntah, ulkus, perdarahan, 4) Hematologi: trombositopenia, neutropenia, anemia aplastic, 5) Hati: fungsi hati terganggu, gagal hati , 6) Kulit: rash, pruritus, 8) Ginjal: insufisiensi ginjal, gagal ginjal, hiperkalemia, dan proteinuria. Jika NSAID nonselektif diberikan bersama agen antiplatelet lain, akan terjadi efek sinergis yang akan meningkatkan risiko perdarahan bila tidak diperhitungkan secara matang. Interaksi NSAID dan litium cenderung signifikan dimana NSAID akan menghambat produksi prostaglandin ginjal dan mengganggu aliran darah ginjal sehingga menurunkan ekskresi litium. NSAID juga bisa menurunkan ekskresi ginjal digoxin sehingga meningkatkan toksisitas obat tersebut. NSAID menghambat interaksi obat antikonvulsan dengan reseptornya.  

Strategi Pemilihan NSAID

Pemilihan NSAID didasarkan oleh indikasi dan kontraindikasi, sedangkan faktor- faktor lain seperti harga obat dan keadaan pasien juga harus menjadi pertimbangan. Sudah diketahui baik NSAID digunakan untuk terapi nyeri, demam dan inflamasi. Begitu pula aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan sekunder Penyakit kardiovaskular, bahkan golongan coxib digunakan juga sebagai terapi adjuvan kanker kolorektal dan Penyakit Alzheimer sehingga factor risiko dan komorbid yang mungkin ada pada pasien harus juga menjadi perhatian. Informasi yang terakhir mengenai efek samping NSAID pada gastrointestinal (GI) dan kardiovaskular (CV) menjadi hal yang paling hangat dibicarakan sehingga pemilihan NSAID harus mengacu kepada adanya faktor risiko GI maupun CV. Beberapa hal yang juga harus dicari atau diketahui adalah kondisi pasien dengan hipertensi, edema, gangguan ginjal, riwayat alergi juga akan menjadi bahan pertimbangan. Pertimbangan dalam pemilihan obat nyeri berdasarkan evidence based medicine. Dibawah ini beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan antara lain. 1) Terapi NSAID sebaiknya diintegrasikan dengan terapi analgesia lain, terapi nutrisi, fisioterapi dan edukasi. 2) Awitan kerja NSAID, mula kerja obat makin cepat diserap maka makin cepat kadar puncak obat dicapai makin cepat akan mengurangi nyeri 3) Lama kerja NSAID, makin panjang waktu paruh makin lama masa kerja NSAID sehingga umumnya obat ini dapat diberikan sekali sehari. Upaya untuk memperpanjang kerja NSAID dengan merubah formulasinya menjadi sedian lepas lambat. 4) Tingkat selektifitas, tergantung kemampuan obat dalam menghambat enzim COX1 dan COX2, hal ini bermanfaat dalam pemilihan obat untuk mengurangi toksitas pada gastrointestinal yang merupakan komplikasi yang terbanyak pada penggunaan NSAID. 5) Efek samping yang minimal dan ingat kontraindikasi penggunaan NSAID. 6) Hindari kombinasi NSAID karena tidak meningkatkan efek analgesia tetapi meningkatkan efek samping. 7) Pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular tetap diberikan profilaksis aspirin dosis kecil sekalipun diberikan NSAID.    
Referensi:
  1. Kalim, Handono., Alwi, Idrus. 2014. Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non Steroid. ISBN 978-979-3730-22-6
  2. Imananta, F., 2018. Artikel Tinjauan: Penggunaan Nsaids (Non Steroidal Anti Inflamation Drugs) Menginduksi Peningkatan Tekanan Darah Pada Pasien Arthritis.
  3. Hung KK, Graham CA, Lo RS, Leung YK, Leung LY, Man SY, et al. Oral paracetamol and/or ibuprofen for treating pain after soft tissue injuries: single centre double-blind, randomized controlled clinical trial. PLos One. 13 (2): e0192043.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPengaruh Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Penyakit Jantung Kongenital

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar