sejawat indonesia

Tips Menghadapi Lingkungan Rumah Sakit yang Toksik

Rumah sakit seharusnya menjadi tempat penyembuhan yang aman, namun di balik pintu tertutup, banyak profesional kesehatan menemukan diri mereka terperangkap dalam lingkungan kerja yang toksik. Rekan kerja yang suka bergosip, atasan yang suka menindas, beban kerja yang tidak realistis, kepemimpinan yang buruk, dan budaya takut serta gemar menyalahkan rekan sejawat adalah hal yang sangat umum terjadi di lingkungan rumah sakit di seluruh dunia. 

Bagi para dokter, perawat, dan staf kesehatan, toksisitas di tempat kerja jauh melampaui moral yang rusak—itu secara langsung memengaruhi perawatan pasien, kesehatan mental, dan perjalanan karier sebagai profesional kesehatan. Sayangnya, banyak profesional tetap diam, menanggung kondisi tersebut karena takut akan pembalasan, dampak profesional, atau hanya karena pola pikir bahwa "ini memang sudah biasa." 

Apa yang Membuat Lingkungan Kerja Rumah Sakit menjadi Toksik? 

Toksisitas di rumah sakit tidak hanya terbatas pada beban kerja yang berat atau jam kerja yang panjang. Toksisitas terletak pada cara orang memperlakukan satu sama lain, budaya organisasi secara keseluruhan, dan kurangnya rasa hormat terhadap profesional kesehatan sebagai manusia. 

Tanda-tanda Umum Toksisitas di Rumah Sakit 

Beberapa tanda umum lingkungan kerja perawatan kesehatan yang toksik, meliputi:

  • Komunikasi yang Buruk: Komunikasi yang tidak efektif atau bermusuhan antara anggota staf dan antara berbagai tingkatan organisasi dapat menyebabkan kesalahpahaman, kesalahan, dan terputusnya kolaborasi.
  • Kurangnya Dukungan: Ketika petugas kesehatan merasa tidak didukung oleh rekan kerja atau manajemen mereka, mereka mungkin mengalami perasaan terisolasi, frustrasi, dan motivasi menurun.
  • Penindasan dan Pelecehan: Kejadian penindasan, pelecehan, atau diskriminasi dapat menciptakan suasana kerja yang tidak bersahabat, yang berdampak negatif pada kesehatan mental dan kepuasan kerja karyawan.
  • Tingkat Stres Tinggi: Meskipun pekerjaan perawatan kesehatan pada dasarnya penuh tekanan, lingkungan yang toksik dapat memperburuk tekanan ini, yang mengakibatkan meningkatnya kecemasan, kelelahan, dan kejenuhan di kalangan staf.
  • Sumber Daya yang tidak Memadai: Ketika profesional perawatan kesehatan kekurangan staf, peralatan, atau waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tugas mereka secara efisien, hal itu dapat semakin membebani kesejahteraan mereka dan mengorbankan kualitas perawatan pasien.

Dampak lingkungan kerja yang toksik bagi para profesional kesehatan sangat signifikan dan luas. Paparan berkelanjutan terhadap lingkungan kerja yang negatif dapat menyebabkan kelelahan yang ditandai dengan kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya pencapaian pribadi. Selain itu, lingkungan kerja yang toksik dapat berkontribusi terhadap perkembangan masalah kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan gangguan terkait stres di kalangan pekerja kesehatan.

Selain dampak pribadi, lingkungan kerja yang tidak sehat di bidang kesehatan dapat berdampak buruk pada perawatan pasien. Komunikasi yang buruk dan tingkat stres yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan medis, sehingga membahayakan keselamatan pasien. Lebih jauh lagi, ketika tenaga kesehatan mengalami kelelahan atau ketidakpuasan, kualitas interaksi pasien dan perawatan secara keseluruhan dapat menurun, yang menyebabkan kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan menjadi lebih rendah. 


BACA JUGA:


Cara Menghadapi Lingkungan Rumah Sakit yang Toksik 

Mengubah sistem yang Toksik membutuhkan waktu dan kemauan bersama, namun ada beberapa strategi yang dapat digunakan oleh para profesional perawatan kesehatan untuk melindungi diri mereka sendiri dan bertahan dari permusuhan sehari-hari. 

Lindungi Ruang Mental Anda

  • Berlatihlah melepaskan emosi. Ingatkan diri Anda bahwa perundungan mencerminkan karakter si perundung, bukan harga diri Anda.
  • Hindari mempersonalisasi perilaku toksik. Seringkali, ekspresi negatif rekan kerja adalah frustrasi yang salah arah daripada cerminan kemampuan Anda. 

Tetapkan Batasan Sejak Dini

  • Katakan tidak ketika tuntutan menjadi tidak masuk akal, seperti lembur yang tidak dibayar atau tugas di luar peran Anda.
  • Pisahkan kehidupan kerja Anda dari kehidupan pribadi Anda. 
  • Berusahalah secara sadar untuk tidak membawa stres emosional ke rumah. 

Temukan Rekan Sejawat yang Tepat 

  • Identifikasi beberapa kolega tepercaya yang menawarkan dukungan tulus.
  • Curahkan isi hati di tempat yang aman—baik dengan kolega, teman dekat, atau terapis profesional.

Dokumentasikan Insiden Toksik

Simpan catatan tertulis pribadi tentang perundungan, pelecehan, atau kondisi yang tidak aman. Dokumentasi sangat berharga jika Anda perlu melapor ke HRD, supervisor, atau otoritas hukum.

Praktikkan Self-Care tanpa Perlu Merasa Bersalah.

  • Jadwalkan waktu istirahat yang teratur dan tidak dapat dinegosiasikan demi kesehatan mental Anda.
  • Prioritaskan perawatan diri yang mendasar—makan, minum air, dan istirahat. Kebiasaan kecil melindungi kesehatan jangka panjang Anda. 

Lanjutkan Pengembangan Profesional Anda

  • Berinvestasilah dalam pengembangan keterampilan, sertifikasi, dan jaringan profesional di luar tempat kerja Anda yang toksik.
  • Pengembangan berkelanjutan membuat peluang masa depan tetap terbuka dan membantu meningkatkan kepercayaan diri serta mengurangi perasaan "terjebak." 

Kapan Waktu yang Tepat Meninggalkan Rumah Sakit yang Toksik? 

Berada di lingkungan yang toksik terlalu lama dapat merugikan Anda. Perhatikan tanda-tanda ini—mungkin sudah waktunya untuk move on: 

  • Kesehatan fisik atau mental Anda memburuk—kecemasan kronis, depresi, atau penyakit. 
  • Hubungan pribadi di luar pekerjaan terganggu karena stres kerja yang terus-menerus. 
  • Anda merasa tidak aman, secara emosional atau fisik, di lingkungan kerja. 
  • Pimpinan tidak menunjukkan minat untuk mengubah lingkungan RS, tidak peduli berapa banyak tanda bahaya yang muncul. 
  • Anda mulai membenci profesi yang pernah Anda cintai atau mempertanyakan seluruh jalur karier Anda. Ingat: Meninggalkan rumah sakit yang toksik bukanlah tanda kegagalan—itu adalah tindakan bertahan hidup. Anda telah bekerja terlalu keras untuk membiarkan lingkungan yang toksik merampas gairah, kesehatan, dan masa depan Anda dalam bidang kedokteran. 

Lingkungan rumah sakit yang toksik mungkin umum terjadi, tetapi itu bukanlah bagian yang normal atau dapat diterima dari profesi medis. Dokter, perawat, dan profesional perawatan kesehatan layak mendapatkan tempat kerja yang menghargai kemanusiaan melampaui penghargaan terhadap keterampilan klinis yang mereka miliki.


Referensi:

  • Sari, R. D., & Dudija, N. (2024). The Impact Of Toxic Workplace Environments On Employee Productivity: A Systematic Literature Review . International Journal of Science, Technology & Management, 5(4), 878-882. https://doi.org/10.46729/ijstm.v5i4.1129
  • Vlăduț C, Elshaarawy O, Tiniakos D. Career beasts and how to cope with them: From toxic workplace culture to healthy competition. United European Gastroenterol J. 2023 Feb;11(1):134-137. doi: 10.1002/ueg2.12341. Epub 2022 Nov 26. PMID: 36434767; PMCID: PMC9892437.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar