sejawat indonesia

Tirzepatide Jadi Terobosan Baru Terapi Ganda Obesitas dan DM Tipe 2

Prevalensi obesitas dan diabetes merupakan masalah global yang terus meningkat, terutama di negara berkembang sehingga disebut sebagai epidemi kembar. Pendekatan terapi lanjutan sangat dibutuhkan. Baru-baru ini, FDA menyetujui Tirzepatide sebagai metode pengobatan baru bertarget ganda untuk dua permasalahan tersebut.

Diabetes dan obesitas adalah penyakit kronis yang menyebabkan morbiditas dan kematian substansial di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Keduanya dianggap epidemi kembar abad ke-21, dan merupakan masalah kesehatan kompleks yang menggabungkan faktor genetik, epigenetik, dan gaya hidup, termasuk sosial ekonomi dan dampak lingkungan. 

Obesitas didefinisikan WHO sebagai akumulasi lemak yang berlebih sebagai hasil dari ketidakseimbangan antara asupan kalori dan penggunaan energi dan ditentukan dengan nilai IMT di atas 30 kg/m².

Sampai saat ini, memerangi obesitas masih menjadi salah satu tantangan terbesar. Pengobatan hanya didasarkan pada diet seimbang dan aktivitas fisik secara teratur. Perlu digarisbawahi bahwa obesitas berkaitan erat dengan pengembangan risiko penyakit serius lainnya, salah satunya adalah Diabetes Mellitus (DM) tipe 2.


Baca Juga :


DM tipe 2 adalah kondisi yang tidak dapat disembuhkan yang memengaruhi regulasi glukosa dalam tubuh. Kasus DM tipe 2 meningkat setiap harinya pada tingkat yang mengancam jiwa. Pada tahun 2019, telah terjadi mode kematian terbesar ke-9 dengan 1,5 juta kematian yang disebabkan oleh DM tipe 2. Dan pada tahun 2021, 537 juta jiwa di dunia tercatat mengalami DM tipe 2.

Pengobatan T2D sejauh ini juga berkaitan dengan perubahan gaya hidup seperti diet, olahraga, dan nutraceuticals, serta pemberian obat-obatan seperti insulin atau analognya dan agen oral metformin, glimepiride, acarbose, dan sebagainya. Meskipun ketersediaan obat untuk diabetes telah cukup banyak, masih banyak pasien tidak mencapai tujuan gula darah yang direkomendasikan.

Kabar terbaru terkait penanganan obesitas dan DM Tipe 2 datang dari Amerika Serikat. Pada 13 Mei 2022 lalu, Food Drugs Administration (FDA) telah menyetujui tirzepatide dengan merk Mounjaro produksi Eli Lilly and Co., sebagai agen tambahan, dikombinasikan dengan pengaturan diet dan olahraga untuk meningkatkan kontrol gula darah pada orang dewasa dengan DM tipe 2.


(Gambar 1 : Grafik data yang menunjukkan efektivitas Tirzepatide)


(Gambar 2 : Grafik data yang menunjukkan efektivitas Tirzepatide)

Tidak lama kemudian, hasil uji coba SURMOUNT-1 dipresentasikan pada Sesi Ilmiah ke-82 American Diabetes Association (ADA) yang  menunjukkan kemanjuran tirzepatide untuk menurunkan berat badan pada pasien tanpa diabetes.

Hal ini dikarenakan tirzepatide adalah molekul peptida yang diproduksi secara sintetis dan dapat bekerja pada target ganda; reseptor GIP dan GLP-1 sebagai agonis reseptor, sehingga tirzepatide juga disebut sebagai "twincretin" (incretin kembar).

Tirzepatide diberikan secara injeksi subkutan sebanyak sekali dalam seminggu dengan dosis yang disesuaikan sesuai toleransi untuk memenuhi tujuan gula darah. Pemberian satu kali seminggu dinilai cukup karena tirzepatide memiliki waktu paruh sekitar 5 hari. Hal ini membawa keuntungan untuk meningkatkan dan menjaga kepatuhan pasien dan kepatuhan dosis..

Pada kasus DM tipe 2, tiga dosis yang berbeda dari tirzepatide yaitu 5 mg, 10 mg dan 15 mg telah dievaluasi dalam lima uji klinis baik sebagai terapi yang berdiri sendiri atau sebagai tambahan untuk obat diabetes lainnya.

Sebagian besar pasien yang diacak untuk menerima dosis maksimum yang direkomendasikan yaitu 15 mg, mengalami penurunan tingkat hemoglobin A1c (HbA1c) sebagai parameter kontrol gula darah sebesar 1,6% lebih banyak daripada plasebo ketika digunakan sebagai terapi yang berdiri sendiri, dan 1,5% lebih banyak dari plasebo bila digunakan dalam kombinasi dengan insulin kerja panjang.

Dalam uji coba yang membandingkan tirzepatide dengan obat diabetes lainnya, pasien yang menerima dosis maksimum yang direkomendasikan, mengalami penurunan HbA1c sebesar 0,5% lebih banyak daripada semaglutide, 0,9% lebih banyak daripada insulin degludec dan 1,0% lebih banyak daripada insulin glargine. 

Pada kasus obesitas, dengan berat badan rata-rata 231 lb (104,8 kg) dan rata-rata IMT 38, pada 72 minggu pengobatan menunjukkan hasil studi berupa :

  1. Rata-rata persentase perubahan berat badan adalah 15% dengan dosis mingguan tirzepatide 5 mg, 19,5% dengan dosis 10 mg, dan 20,9% dengan dosis 15 mg.
  2. Penurunan berat badan 5% atau lebih dilaporkan pada 85% dari kelompok 5 mg, 89% dari kelompok 10 mg, dan 91% dari kelompok 15 mg.
  3. Dalam kelompok 10 mg dan 15 mg, 50% dan 57% dari peserta, masing-masing, mengalami penurunan berat badan sebesar 20% atau lebih.

Para ahli mengatakan bahwa kisaran penurunan berat badan yang dicapai dengan tirzepatide setara dengan operasi bariatrik dan serupa dengan bypass lambung. Dengan demikian terdapat peningkatan potensi pendekatan medis alternatif untuk pengobatan obesitas.

Berdasarkan hasil dari percobaan SURPASS-4, tirzepatide juga dinilai memiliki efek perlindungan ginjal dan mengurangi kemungkinan makroalbuminuria yang signifikan pada orang dewasa dengan DM tipe 2. 

Bagaimanapun tetap ada efek samping yang dimiliki tirzepatide antara lain dapat menyebabkan mual, muntah, diare, nafsu makan menurun, sembelit, dan ketidaknyamanan perut bagian atas.

Tirzepatide boleh saja menjadi harapan baru untuk para penderita obesitas dan Diabetes Mellitus Tipe 2. Tapi, beberapa pihak tetap menyarankan penelitian lebih lanjut terkait potensinya bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular.

Tantangan lain juga ada pada aksesnya. Mengingat obesitas dan DMT2 juga menjadi masalah negara berkembang seperti Indonesia, Tirzepatide mungkin masih harus melalui uji klinis yang memakan waktu yang lama. Belum lagi jika ternyata setelah lolos, harga pasarannya dibanderol selangit. Di Amerika Serikar sendiri, harga persediaan satu tahun mencapai US$12.666, atau setara dengan Rp190 juta.

Sekali lagi, Tirzepatide adalah obat terapi yang bertugas membantu pemulihan. Kunci utamanya tetap dipegang oleh pasien, yakni komitmennya terhadap perubahan pola hidup dan makan sehari-hari.


Penulis : dr. Pamela Sandhya De Jaka

Referensi :

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaUpdate Manajemen Dislipidemia: Penyebab dan Penanganannya

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar