sejawat indonesia

Demam Berdarah Telah Menjadi Krisis Kesehatan Global Abad Ke-21. Apa Upaya Terkini Memberantasnya?

Pada tahun 2000, sekitar setengah juta kasus demam berdarah dan 19.685 kematian dilaporkan di seluruh dunia. Pada tahun 2019, terdapat lebih dari 5 juta kasus dan 30.000 kematian yang dilaporkan di seluruh dunia, yang merupakan jumlah terbanyak yang pernah ada. Jumlah tersebut diperkirakan akan melampaui rekor tahun 2019. 

Hanya dalam dua bulan pertama tahun 2024, Brasil melaporkan 1 juta kasus infeksi dan 214 kematian. Ini adalah penyebaran virus tercepat yang pernah tercatat di Brasil, dengan 1,6 juta kasus dilaporkan sepanjang tahun 2023. Di Brasil dan negara-negara lain di Amerika Selatan, Kepulauan Pasifik, serta Asia Selatan dan Tenggara, demam berdarah merupakan masalah kronis dan epidemi. 

Pada bulan Maret 2024, para ahli melaporkan bahwa demam berdarah terjadi di 85% kota di Brasil, dan di kota terpadat di Brasil, São Paulo, diperkirakan 300 dari setiap 100.000 warganya diyakini menderita demam berdarah.

Di luar Brasil, negara-negara lain juga menghadapi lonjakan demam berdarah pada kuartal pertama tahun 2024. Peru memberlakukan keadaan darurat di sebagian besar negaranya pada tanggal 26 Februari 2024, setelah total kasus meningkat menjadi 31.300 dalam delapan minggu pertama tahun ini. Argentina telah melaporkan lebih dari 74.000 kasus sejak awal tahun ini, peningkatan dramatis sebesar 2.100% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023. 

Di Sri Lanka, lebih dari 15.000 kasus demam berdarah dilaporkan antara bulan Januari dan Februari tahun ini. Ibu kota Vietnam, Hanoi, melaporkan 513 kasus demam berdarah sejak awal tahun ini, tiga kali lipat jumlah kasus dibandingkan periode yang sama tahun 2023.

Demam berdarah juga muncul di lokasi baru dalam beberapa tahun terakhir. Misalnya, pada tahun 2022, Niger melaporkan kasus demam berdarah untuk pertama kalinya. Selama setahun terakhir, ada beberapa kasus demam berdarah di AS, termasuk penularan pertama yang diketahui di California.

Demam berdarah bukanlah virus baru; itu telah dicatat dalam literatur medis selama berabad-abad. Sampai saat ini, virus yang ditularkan oleh nyamuk ini memiliki jangkauan yang terbatas. Namun, perubahan lingkungan hidup manusia juga mempengaruhi kondisi nyamuk pembawa demam berdarah, sehingga berkontribusi terhadap penyebaran lebih lanjut.

Daerah perkotaan yang baru dibangun di beberapa negara berkembang dapat menjadi lingkungan yang ideal bagi nyamuk; jumlah mereka dapat meningkat dengan cepat di daerah dengan populasi padat, suhu panas, dan standar sanitasi yang buruk. Urbanisasi yang tidak terencana di pinggiran kota besar seringkali disertai dengan suplai air yang tidak lancar menyebabkan masyarakat menyimpan air untuk minum, memasak, membersihkan, dan kebutuhan kebersihan dasar. Air yang disimpan dalam wadah menciptakan habitat sempurna bagi nyamuk yang merupakan vektor utama demam berdarah. 

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), perubahan iklim juga merupakan faktor penting lainnya. Suhu rata-rata yang lebih tinggi telah menyebabkan perubahan seperti musim hujan yang berkepanjangan, peningkatan kelembaban, dan kondisi perkembangbiakan nyamuk yang lebih banyak di beberapa daerah. Meningkatnya perjalanan global juga telah memperburuk penyebaran demam berdarah dalam beberapa tahun terakhir, dengan banyak pelancong tanpa sadar membawa virus tersebut ketika mereka pulang dari perjalanan ke daerah dengan tingkat demam berdarah tinggi.

Demam Berdarah di Indonesia 

Merujuk data Kementerian Kesehatan, 124 orang telah meninggal akibat penyakit ini selama Januari dan Februari 2024 lalu. Total muncul hampir 16 ribu kasus demam berdarah dengue di Indonesia dalam dua bulan terakhir. Angka ini melonjak dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023.

Jumlah kasus demam berdarah dengue selalu mengikuti pola yang sama setiap tahun: mulai meningkat pada Desember dan akan mencapai puncak pada April. Terdapat tiga faktor yang memicu pola peningkatan kasus demam berdarah dengue pada periode Desember sampai April.

Pertama, musim hujan berpotensi membuat banyak genangan air yang berpotensi menjadi lokasi nyamuk berkembang biak. Ini berkaitan dengan faktor kedua, yaitu kelembaban udara tinggi pada musim hujan memudahkan nyamuk Aedes aegypti beranak pinak.

Faktor ketiga, imunitas seseorang cenderung menurun pada musim pancaroba—hujan yang berganti panas secara terus-menerus.

Merujuk data Kementerian Kesehatan sejak 2012-2015, jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia naik dari 90.245 hingga 129.500 kasus. Kemudian pada 2016 melonjak drastis menjadi 204.171 kasus. Pada 2017-2018 turun di angka 65.602 kasus dan pada 2019 kembali naik hingga 138.127 kasus. Lalu di tahun 2020 jumlah kasus DBD turun di angka 108.303 dan setahun setelahnya kembali turun menjadi 73.518.

Pada tahun 2022 kasus DBD tercatat sebanyak 143.184.Tahun lalu jumlah kasusnya turun menjadi 98.071. Adapun, sejak Januari hingga akhir Februari 2024, terdapat 15.977 kasus DBD dengan 124 kematian di seluruh wilayah Indonesia. Angka itu naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023, yang terdapat 12.502 kasus dengan 101 kematian.

Memerangi Demam Berdarah

Merujuk pada dokumen Strategi Nasional Penanggulangan Dengue 2021-2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pencegahan dengue saat ini masih bertumpu pada pengendalian vektor (nyamuk) yang memerlukan keterlibatan masyarakat secara aktif.

Salah satu upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Langkah ini biasa disebut dengan 3M Plus, yang terdiri dari:

  • Menguras tempat penampungan air

  • Menutup tempat-tempat penampungan air

  • Mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk yang membawa virus DBD pada manusia.

Selain 3M, berikut adalah beberapa upaya yang dimaksud pada poin Plus:

  • Menanam tanaman yang dapat menangkal nyamuk

  • Memeriksa tempat-tempat yang digunakan untuk penampungan air

  • Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk

  • Menggunakan obat anti nyamuk

  • Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi yang ada di rumah

  • Melakukan gotong royong untuk membersihkan lingkungan secara bersama

  • Meletakkan pakaian yang telah digunakan dalam wadah yang tertutup

  • Memberikan larvasida pada penampungan air yang susah untuk dikuras

  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Upaya pencegahan lain yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan vaksinasi dengue. Vaksinasi merupakan salah satu pilar strategi global penanggulangan dengue.

Namun, beberapa tantangan muncul dalam upaya mencapai Indonesia yang bebas DBD. Tantangan yang utama adalah distribusi vaksin. Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan dengan infrastruktur yang belum merata, distribusi vaksin ke daerah terpencil dan kurang berkembang bisa menjadi tantangan besar.

Tantangan lainnya adalah penerimaan masyarakat terhadap vaksin. Walaupun vaksin sudah terbukti aman dan efektif, namun masih banyak masyarakat yang ragu untuk melakukan vaksinasi karena berbagai alasan. Edukasi masyarakat tentang pentingnya vaksinasi menjadi hal penting untuk dilakukan untuk mengatasi tantangan ini. 

Tantangan selanjutnya adalah implementasi surveilans penyakit yang efektif. Kita membutuhkan sistem pemantauan dan pelaporan yang baik untuk melacak efektivitas vaksin dan mendeteksi penyebaran penyakit dini. Sistem ini harus dapat dengan cepat memberikan respon terhadap kasus DBD, termasuk di daerah-daerah terpencil.

Selain itu, tantangan juga datang dari virus dengue itu sendiri. Virus ini memiliki empat serotipe yang berbeda. Meski vaksin yang ada sekarang dapat memberikan perlindungan terhadap keempat serotipe tersebut, ada kemungkinan seseorang yang sudah divaksinasi dapat terinfeksi oleh serotipe lain. Penelitian dan pengembangan vaksin yang terus berlanjut adalah hal yang sangat penting. terdapat juga kemungkinan terjadinya resistensi virus terhadap vaksin. Fenomena ini mirip dengan resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Jika hal tersebut terjadi, efektivitas vaksin akan menurun, dan upaya pengendalian penyakit akan menjadi lebih sulit.

Jadi, meski keberadaan vaksin dengue di Indonesia adalah langkah yang sangat penting dalam pengendalian DBD, namun beberapa rintangan masih harus dihadapi sehingga membutuhkan peran semua pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat untuk mencapai Indonesia bebas DBD.

Bagaimana perkembangan terbaru vaksinasi DBD dan langkah edukasinya? Ketahui melalui LIVE CME Update in Children Immunization: Dengue Fever Immunization


Referensi:

  • Scott, D. (2024). The tropical disease that’s suddenly everywhere
  • Langlois, J. (2024). With a million cases of dengue so far this year, Brazil is in a state of emergency
  • Dengue outbreaks on rise in Brazil as vaccine rollout lags. (2024).
  • Peru declares health emergency as dengue outbreak 'imminent'. (2024).
  • Over 15,000 Dengue cases in Sri Lanka so far this year. (2024).
  • Vietnam's capital records threefold increase in dengue fever cases. (2024).
  • Langlois, J. (2024). With a million cases of dengue so far this year, Brazil is in a state of emergency
  • California officials confirm 2 cases of dengue, a mosquito-borne illness rarely transmitted in US. AP News
  • Spike in dengue cases due to global warming, warns WHO. (2023).
  • Wilder-Smith, A. (2024). TAK-003 dengue vaccine as a new tool to mitigate dengue in countries with a high disease burden.
  • Soucheray, S. (2024). New single-dose dengue vaccine shows 80% protection.
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaTips Menghadapi Kesalahpahaman yang Umum Terjadi dalam Pelayanan Kesehatan

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar