sejawat indonesia

Introvert dan Ekstrovert dalam Dunia Kedokteran: Apakah Kepribadian Dokter memengaruhi Perawatan Pasien?

Telah diakui sejak berabad-abad bahwa kemampuan klinis dokter tidak semata-mata bergantung pada pengetahuan medis dan keterampilan teknis mereka. Sejak diperkenalkannya kerangka kompetensi dalam pendidikan kedokteran, kompetensi nonteknis dan nonmedis yang penting untuk memberikan perawatan pasien berkualitas tinggi telah dijelaskan di berbagai literatur. 

Salah satu faktor nonteknis tersebut adalah kepribadian (personality). Satu bahasan yang telah lama dikaitkan erat memengaruhi kecenderungan seorang dokter dalam memilih spesialisasi yang akan mereka jalani. 

Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah kepribadian seorang dokter dapat memengaruhi keputusannya dalam menentukan perawatan pasien?

Introvert Vs. Ekstrovert

Dalam dunia kedokteran, kita sering diberitahu bahwa keterampilan komunikasi yang kuat adalah landasan perawatan yang sangat baik. Stereotip yang ada adalah bahwa dokter terbaik selalu karismatik, supel, dan percaya diri secara sosial. 

Satu penelitian di tahun 2017 mendukung pendapat tersebut. Seorang dokter yang memiliki kepribadian ekstrovert dalam aspek sosial dapat menempatkan dirinya pada situasi yang tepat karena dokter lebih mudah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata. Selain itu, dokter ekstrovert lebih mudah membangun rasa dan komunikasi yang baik yang terhubung dengan pasien. Dengan demikian, terjadi komunikasi dua arah antara dokter dan pasien.

Namun, bagaimana jika Anda pendiam, jeli, dan reflektif? Bisakah seorang introvert berkembang dalam bidang kedokteran—dan memberikan perawatan yang sama baiknya? 

Sebenarnya, baik introvert maupun ekstrovert membawa kekuatan dan tantangan yang unik dalam praktik klinis dan memahami bagaimana kepribadian memengaruhi tidak hanya cara kita bekerja, tetapi juga bagaimana pasien memberi persepsi adalah kunci untuk memberikan perawatan yang lebih berempati dan bernuansa.

Bagaimanapun, kepribadian tidak biner—melainkan spektrum. Namun secara umum, kaum introvert cenderung mengisi ulang tenaganya sendiri, lebih menyukai percakapan mendalam daripada basa-basi, dan berpikir sebelum berbicara. Sedangkan, kaum ekstrovert lebih bersemangat dalam interaksi sosial, berkembang dalam lingkungan kelompok, dan mengolah pikiran dengan lantang. 

Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk—keduanya hanya sistem operasi yang berbeda. Dan keduanya ditemukan di setiap level dan spesialisasi dalam bidang kedokteran. 

Kelebihan dan Kekurangan Dokter Ekstrovert

Para ekstrovert dalam perawatan klinis seringkali unggul dalam: 

  • Membangun hubungan cepat dengan pasien baru 
  • Menangani lingkungan yang kacau dan serba cepat seperti kedokteran darurat 
  • Memiliki ekspresi diri yang alami, yang dapat menenangkan pasien yang cemas 
  • Berkembang dalam lingkungan kolaboratif dan berbasis tim 
  • Berbicara dengan percaya diri

Tantangan potensial bagi dokter yang ekstrovert meliputi: 

  • Lebih banyak berbicara daripada mendengarkan 
  • Melakukan percakapan yang terburu-buru alih-alih membiarkan keheningan menuntun dialog yang lebih mendalam 
  • Berjuang dengan dokumentasi soliter atau tugas introspektif yang panjang 
  • Risiko kelelahan akibat rangsangan sosial yang berlebihan tanpa waktu istirahat

Dokter yang ekstrovert biasanya akan lebih sesuai di klinik dengan volume tinggi, UGD, tim bedah, atau peran kepemimpinan. Namun, mereka harus berhati-hati untuk memperlambat langkah agar benar-benar dapat mendengarkan pasien mereka. 


BACA JUGA:


Dokter Introvert: Kekuatan Super Tersembunyi 

Introvert dalam perawatan klinis seringkali unggul dalam: 

  • Mendengarkan secara mendalam dan penuh perhatian 
  • Membangun kepercayaan melalui kehadiran yang tenang dan tidak mengganggu 
  • Berpikir sebelum berbicara, yang dapat menghasilkan tanggapan yang tepat dan bijaksana 
  • Menjadi jeli terhadap bahasa tubuh halus atau isyarat emosional 
  • Membentuk hubungan terapi jangka panjang berdasarkan hubungan yang lebih mendalam dengan pasien

Tantangan potensial bagi dokter yang introvert meliputi: 

  • Merasa terkuras setelah pertemuan pasien berturut-turut 
  • Membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa melebur di lingkungan tim yang baru 
  • Berjuang untuk menegaskan diri mereka dalam ruang klinis yang kompetitif atau berisik 
  • Menghindari interaksi kelompok besar yang dapat meningkatkan visibilitas atau kepemimpinan 

Dokter yang introvert seringkali berhasil dalam spesialisasi seperti penyakit dalam, psikiatri, perawatan paliatif, radiologi, atau perawatan primer. Mereka memberikan kedalaman, kehadiran, dan perhatian—meskipun tidak terlalu mencolok.

Kepribadian memengaruhi perawatan, tetapi tidak membatasinya 

Menjadi introvert atau ekstrovert tidak menentukan apakah Anda seorang dokter yang baik atau tidak. Keduanya menentukan bagaimana Anda mengekspresikan kekuatan Anda, bagaimana Anda mengisi ulang tenaga, dan bagaimana Anda terhubung dengan pasien maupun rekan sejawat. Perawatan pasien bukanlah sebuah pertunjukan. Itu adalah sebuah hubungan dan hubungan berkembang bukan pada tipe kepribadian—tetapi pada kehadiran, integritas, dan kejujuran. 

Apakah Anda seorang pembawa berita yang pendiam atau pemberi energi yang antusias, kepribadian Anda bukanlah penghalang— itu adalah jembatan menuju perawatan yang lebih baik dan lebih manusiawi .

Komunikasi klinis adalah sebuah keterampilan, bukan ciri. Sehingga, ia dapat dilatih. Orang introvert mungkin perlu berlatih untuk menghadapi ketidaknyamanan terhadap lingkungan yang padat. Orang ekstrovert mungkin perlu belajar untuk diam cukup lama agar pasien dapat memimpin komunikasi. Namun, keduanya dapat menguasai komunikasi klinis dengan terbuka terhadap umpan balik, perhatian penuh, dan kesadaran diri.


Referensi:

  • Benjamin C.M. Boerebach, Renée A. Scheepers, Renée M. van der Leeuw, Maas Jan Heineman, Onyebuchi A. Arah, Kiki M.J.M.H. Lombarts, The impact of clinicians' personality and their interpersonal behaviors on the quality of patient care: a systematic review, International Journal for Quality in Health Care, Volume 26, Issue 4, August 2014, Pages 426–481, https://doi.org/10.1093/intqhc/mzu055
  • Hastuti, Heni, et al. "Effect of Doctor’s Personality, Job Characteristic, Payment Method, Facility, on Performance and Quality of Doctor Service." 2nd International Conference on Public Health 2017, Surakarta, Indonesia, September 2017. Sebelas Maret University, 2017, p. 221, doi:10.26911/theicph.2017.135. 
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaPencetakan 3D untuk Perawatan Kesehatan yang Lebih Personal

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar