Kiat-Kiat Ampuh bagi Seorang Dokter untuk Merencanakan Keuangan
Tenaga kesehatan (nakes) adalah orang-orang yang melakukan upaya kesehatan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk didalamnya tenaga dokter, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis.
Menurut Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri, pada 31 Desember 2021 penduduk Indonesia dengan status pekerjaan tenaga kesehatan berjumlah 567.910 jiwa. Angka tersebut hanya 0,21% dari total penduduk Indonesia yang mencapai 273,87 juta jiwa, yang menunjukkan bahwa tenaga kesehatan kita masih kurang dibandingkan jumlah penduduk.
Tenaga kesehatan memiliki peran yang krusial dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, di mana status kesehatan masyarakat juga merupakan kunci untuk memajukan ekonomi negara. Dibandingkan dengan negara maju, kesejahteraan tenaga kesehatan di Indonesia masih di bawah dari rata-rata.
Padahal, kesejahteraan tenaga kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam melakukan upaya kesehatan masyarakat. Tidak bisa dipungkiri, faktor ekonomi nakes juga menjadi salah satu faktor penentu kualitas kerja dari tenaga kesehatan. Tapi, kenyataan yang ada di lapangan, masih banyak nakes yang mendapatkan upah kerja di bawah rata-rata, dibandingkan dengan jam kerja yang rata-rata lebih dari 40 jam seminggu.
Pekerjaan dokter identik dengan pendapatan yang tinggi. Tapi kenyataannya, masih ada dokter yang diberikan upah di bawah nilai minimum, khususnya bagi dokter yang magang di Puskesmas terpencil.
Terkait karena hal ini, Ikatan Dokter indonesia (IDI) telah meminta pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan dokter khususnya di daerah-daerah terpencil. IDI merekomendasikan gaji minimal dokter yaitu Rp12.500.000 per bulannya. Sayangnya saat ini masih banyak dokter mendapat gaji kurang dari Rp3.000.000 per bulan, khususnya dokter umum magang yang berada di daerah-daerah.
Baca Juga :
- Terobosan Medis Dokter Kontroversial dalam Ilmu Kedokteran Modern
- Distribusi Jumlah Dokter di Indonesia Bukan Sebatas Persoalan Kesehatan
Survei "Kesejahteraan Dokter Umum" disebar ke dokter umum di seluruh penjuru Indonesia, dengan para responden adalah 452 dokter umum yang telah diverifikasi keanggotaannya melalui nomor NPA IDI aktif. Dari survei itu, didapatkan hasil berikut :
- Dokter umum yang berpraktik di satu tempat saja, maka 10.63% dari mereka mampu mendapatkan gaji lebih dari Rp10,5 juta perbulan. Tapi sebanyak 26.24% dokter yang berpraktik di satu tempat hanya mendapatkan gaji dibawah Rp3 juta.
- Jam kerja dokter umum dalam satu tempat praktik rata-rata 42 jam per minggu. Artinya, jam kerja ini sudah sedikit melebihi jam kerja standar yakni 40 jam per minggu, sesuai dengan pasal 77 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
- Hanya 5.53% dokter umum yang mampu mendapatkan penghasilan yang sesuai dengan rekomendasi IDI yaitu Rp12.500.000 per bulan. Dan 94.47% dokter umum tidak mendapatkan upah sesuai rekomendasi gaji minimal IDI.
- Ada 11,02 persen dokter Indonesia yang mendapat gaji kurang dari Rp3 juta per bulannya. Kebanyakan dari mereka adalah dokter Puskesmas dan pengganti atau dokter tidak tetap yang mengisi klinik apabila dokter utamanya berhalangan hadir.
Gambar 1. Gaji Dokter Umum di Tempat Kerja Utama di Indonesia.
Gambar 2. Kesesuaian gaji di tempat praktek utama dengan rekomendasi IDI.
Pendidikan dokter dimulai dari fase pra-klinik paling cepat selama 3,5 tahun, dilanjutkan dengan fase klinik selama 1,5 hingga 2 tahun. Setelah melewati fase klinik, jika lulus ujian kompetensi akan dilanjutkan dengan internsip selama 1 tahun untuk mendapatkan SIP (Surat Izin Praktek) dan STR agar dapat praktek mandiri.
Dengan masa pendidikan yang selama itu, bandingkan dengan pendidikan atau jurusan lain yang telah menyelesaikan kuliah dan bekerja sehingga memiliki penghasilan.
Setelah menyandang gelar dokter, ada beberapa pilihan karier yang dapat dipilih seorang dokter. Diantaranya adalah menjadi klinisi (dokter umum ASN/Non-ASN atau melanjutkan ke jenjang pendidikan spesialis), melanjutkan ke tingkat struktural pemerintahan, menjadi peneliti, dosen/pengajar, pengusaha di bidang kesehatan (doctorpreneur), dan lain-lain
Oleh karena itu, kemampuan mengelola keuangan merupakan sebuah skill yang penting bagi dokter. Ini lantaran banyaknya pilihan untuk melanjutkan pendidikan berdasarkan bidang yang diminati, dan itu butuh biaya yang tidak sedikit. Beberapa masalah keuangan yang dapat dihadapi oleh dokter diakibatkan oleh kondisi-kondisi seperti :
1. Gaji/income yang tidak tetap
Seorang dokter yang bekerja di klinik/fasilitas kesehatan memiliki pendapatan bulanan yang jumlahnya tidak tetap alias berubah-ubah. Beberapa dokter masih bergantung pada upah jaga dan upah per pasien tanpa gaji tetap per bulannya. Hal ini yang menjadi salah satu dasar seorang dokter kesulitan dalam mengatur keuangan.
2. Terlalu sibuk bekerja dan tidak belajar mengenai literasi keuangan
Seorang dokter biasanya membuka praktik tidak hanya pada satu tempat sehingga aktivitas mereka padat. Kesibukan atau jadwal yang padat membuat dokter kesulitan untuk menentukan strategi dan belajar sedikit demi sedikit tentang literasi keuangan agar dapat mengelola keuangannya.
Kurangnya pemahaman tentang mengelola keuangan pribadi jadi salah satu kendala dalam mengatur keuangan. Terlebih bagi dokter yang telah berkeluarga, seharusnya lebih bijak dalam menentukan skala prioritas atau kebutuhan antara wajib, butuh, atau hanya keinginan. Tentunya bagi seorang dokter umum, yang ingin melanjutkan pendidikan ke bidang yang diminati dan biaya, ini menjadi salah satu skala prioritas.
3. Income yang kecil
Penyebab ini kemungkinan besar dialami oleh beberapa dokter, khususnya bagi dokter kontrak yang berada di daerah-daerah terpencil. Tapi, perlu dilakukan pengecekan terlebih dahulu apakah memang pemasukan tidak sebanding dengan pengeluaran atau karena pengelolaannya yang kurang tepat. Dengan menggunakan sistem budgeting dan menentukan skala prioritas, seharusnya income yang kecil dapat teratasi untuk mencapai target yang diinginkan.
Sebagai seorang dokter, yang dapat dilakukan untuk merencanakan keuangan yang pertama adalah melakukan financial check-up. Di dunia medis terdapat medical check up yang dilakukan untuk mengetahui kondisi kesehatan seseorang. Maka di ranah keuangan financial check-up bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan keuangan seseorang.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kondisi keuangan yang tidak sehat seperti tidak adanya dana darurat, tidak memiliki proteksi kesehatan, tidak melakukan budgeting dan sebagainya.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, kebanyakan dokter tidak hanya membuka praktik di satu tempat. Agar dapat lebih mudah mengelola keuangan, perlu dibuat daftar pendapatan yang sesuai dengan sumbernya masing-masing.
Setelah itu diperlukan juga daftar pengeluaran rutin setiap bulannya. Hal ini dapat menjadi acuan untuk menilai apakah pendapatan yang dimiliki berada di angka minus, plus atau tidak ada bersisa.
Dengan membuat budgeting atau anggaran keuangan setiap bulan, maka akan mempermudah mengecek alur dana yang dikeluarkan dan berapa jumlahnya. Saat membuat anggaran keuangan, kita juga harus membuat beberapa daftar kebutuhan yang wajib, dibutuhkan atau sekedar keinginan yang tidak dibutuhkan.
Tentunya bagi seorang dokter umum, anggaran untuk tabungan biaya pendidikan sangat diperlukan bagi yang ingin melanjutkan karirnya. Seperti slogan seorang dokter yakni "lifelong learning", yakni menjadi seorang dokter adalah belajar seumur hidup. Dan tentu dalam menjalankan ini diperlukan biaya-biaya untuk melanjutkan pendidikan atau penelitian.
Hal yang dapat kita lakukan adalah menyisihkan 10-20% dari total pendapatan kita ke tabungan pendidikan. Dengan ini, aliran dana menjadi jelas dan tujuan ekonomi seorang dokter dapat tercapai.
Untuk mencapai tujuan finansial, dokter umum membutuhkan kesabaran, ketekunan serta ilmu pengetahuan mengenai literasi keuangan agar rencana keuangan dapat terarah dan terstruktur untuk masa depan yang lebih pasti.
Cari tahu lebih banyak tentang perencanan finansial untuk tenaga medis dan kesehatan dalam Live Webinar Life Skill Development Program: Financial Planning & Management for Healthcare Professionals.
Penulis : dr. Dody Abdullah Attamimi
Referensi :
- Nur, M. (2021). Analisis Kelemahan pengaturan pengupahan Bagi Profesi Dokter di Indonesia. Masalah-Masalah Hukum, 50(3), 304–317. https://doi.org/10.14710/mmh.50.3.2021.304-317
- Trimaya, A. (2014). Pemberlakuan Upah Minimum dalam Sistem Pengupahan Nasional untuk Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Kerja. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 5(1), 11–20.
Log in untuk komentar