sejawat indonesia

Penurunan Fungsi Kognitif Mengintai Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

Berdasarkan laporan International Diabetes Foundation (IDF) pada 2021, Indonesia menempati peringkat 5 kasus diabetes terbanyak di seluruh dunia dengan total penderita mencapai 19,5 juta jiwa, atau mencapai 7,12 persen dari total penduduk Indonesia saat ini berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS). IDF juga memproyeksikan bahwa jumlahnya akan terus menanjak hingga 28,6 juta jiwa pada tahun 2030, dengan rentang usia antara 20 hingga 79 tahun.

Tapi data yang lebih mengkhawatirkan ada di bagian kasus diabetes yang tak terdiagnosa. IDF menemukan bahwa sekitar 14,3 juta penduduk Indonesia (73,7 persen) pengidapnya belum pernah memeriksakan diri ke dokter. Padahal, para undetected cases sudah menderita beberapa gejala dengan tingkat gawat. Artinya, cuma sekitar 26,3 persen yang mengetahui dirinya mengidap diabetes melitus, baik itu tipe 1 atau tipe 2.

Meski demikian, masih ada ancaman lain di balik diabetes yang selalu menjadi momok tersebut. Dalam sebuah jurnal hasil riset oleh Botond Antal dan enam rekan lainnya, yang dipublikasikan oleh eLife pada 24 Mei 2022 lalu, menemukan bahwa diabetes tipe 2 bisa mempercepat penuaan otak dan menurunnya kemampuan kognitif. Diabates tipe 2 sendiri selama ini selama ini diidentikkan dengan penyakit jantung, ginjal dan gangguan penglihatan.

Penelitian tersebut berskala besar sebab menganalisis lebih dari 20 ribu data milik UK Biobank, database biomedis di Britania Raya yang menampung informasi medis dari 500 ribu orang. Untuk mendukung temuan tersebut, mereka juga melakukan meta-analisis dari 34 studi kognitif dan 60 neuroimaging (pencitraan saraf).

Dengan menepikan data dari para penderita diabelets melitus tipe 1, mereka mencocokkan ribuan kasus diabetes melitus tipe 2 dengan para objek tanpa diabetes sebagai pembanding untuk faktor usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status hipertensi. Semua data orang yang diteliti berusia antara 50 dan 80 tahun. Pendidikan didasarkan pada apakah peserta memiliki gelar sarjana atau tidak.


Baca Juga :

Diet & Diabetes: Kenali Indeks Glikemik Makanan Anda

Pemeriksaan Diabetes Melitus Gestasional untuk Ibu Hamil


Para peneliti mencatat hipertensi (tekanan darah tinggi) untuk setiap peserta dengan tekanan sistolik lebih dari 140 atau tekanan diastolik lebih dari 90. Salah satu komplikasi dari hipertensi berkaitan dengan gangguan kognitif.

Para peneliti menganalisis penalaran abstrak, fungsi eksekutif otak, kecepatan pemrosesan, waktu reaksi, dan data memori numerik. Mereka menggunakan pemindaian MRI untuk mengukur atrofi grey matter (pembentuk lapisan paling luar otak) baik penderita diabetes melitus tipe 2 dan yang sama sekali tidak mengidapnya. Selain itu, peneliti membagi peserta dengan diabetes melitus tipe 2 menjadi dua jenis. Yakni yang menggunakan obat metformin dan yang tidak diberikan obat sama sekali.

Para peneliti menemukan korelasi antara usia dan penurunan kognitif dalam data UK Biobank yang mereka jadikan sampel. Faktor usia biasanya menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi penurunan fungsi eksekutif otak dan kecepatan pemrosesannya.

Namun bagi mereka dengan diabetes melitus tipe 2, efeknya pada fungsi kognitif meningkat secara signifikan. Fungsi eksekutif otak menunjukkan penurunan mencapai 13,1% dan kecepatan pemrosesan menurun hingga 6,7%. Dan angka-angka tersebut tidak berhubungan dengan persentase yang berkaitan dengan dengan penuaan. 

Sementara itu, dalam metode penelitian meta-analisis ditemukan penurunan serupa dalam kemampuan kognitif penderita diabetes melitus tipe 2. Para peneliti memang menemukan penurunan linier grey matter otak, tapi persentasenya lebih banyak pada penderita diabetes melitus tipe 3. Atropi terparah terjadi pada bagian ventral striatum, otak kecil, dan putamen.

Sebenarnya, ini bukan hal baru. Pada tahun 2013 silam, para peneliti gabungan dari Inggris dan Amerika Serikat menemukan bahwa diabetes melitus tipe 2 juga memengaruhi kinerja fungsi kognitif penderitanya. Penelitian dilakukan oleh Chris Moran beserta kolega pada 350 responden yang penderita penyakit tersebut, dan 363 partisipan yang sehat. Tapi, tidak ada batas usia tertentu dan syarat-syarat lainnya yang digunakan.

Mereka menemukan bahwa diabetes melitus tipe 2 dikaitkan dengan munculnya lebih banyak infark serebral. Selain itu total volume grey matter, white matter (penghubung pusat-pusat informasi dan analisis otak) serta hipokampus juga lebih rendah, semuanya berstatus P <0,05. Akan tetapi, tidak ada tanda-tanda Cerebral microbleeds atau White matter hyperintensities. 

Lebih jauh, berkurangnya grey matter terkait diabetes melitus tipe 2 terjadi pada temporal medial, cingulate anterior, dan lobus frontal medial. Sedangkan menurunnya white matter berada di area frontal dan temporal. 

Diabetes melitus tipe 2 dikaitkan dengan kemampuan konstruksi visuospasial yang lebih buruk, perencanaan, memori visual, dan kecepatan (P 0,05). Semuanya terlepas dari usia, jenis kelamin, pendidikan, dan faktor risiko vaskular masing-masing orang. Sejumlah kemampuan tadi dilemahkan oleh hingga hampur satu-setengah lipat, ketika disesuaikan dengan kondisi hipokampus dan total volume grey matter. Tetapi, tidak ada perubahan saat disesuaikan dengan kondisi lesi serebrovaskular atau volume white matter.

Lalu apa kesimpulan penelitian yang dilakukan oleh Chris Moran beserta kolega? Atrofi kortikal otak pada penderita diabetes melitus tipe 2 menyerupai pola yang terlihat pada penyakit Alzheimer praklinis. Neurodegenerasi daripada lesi serebrovaskular mungkin memainkan peran kunci dalam gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit tersebut.

Namun, masih ada hal lain yang membuat temuan tersebut dianggap belum kuat. Beberapa pihak menyuarakan keraguan atas metodologi penelitian. Kritik lain juga dilayangkan pada mayoritas partisipan penelitian selalu berasal dari ras Kaukasia (kulit putih) alih-alih bervariatif.

Kendati masih memiliki kekurangan, temuan ini jadi alarm bagi para dokter dan pasien penderita diabetes melitus tipe 2.


Referensi :

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaFakta Baru, Pemanasan Global Ternyata Pengaruhi Kualitas Tidur

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar