Peran dan Pentingnya Kedokteran Forensik Klinis dalam Investigasi Kriminal
Munculnya kasus-kasus kecelakaan, pengeroyokan hingga pembunuhan, dari yang melibatkan masayarakat awam hingga petinggi instansi negara, memunculkan banyak pertanyaan mengenai cause of demage atau cause of death dari kasus-kasus yang terjadi.
Belakangan ini kasus pembunuhan yang menjadi sorotan publik yang melibatkan aparat kepolisian, menciptakan kegaduhan dalam perbincangan masyarakat. Dalam ulasan penyelesaian masalah tersebut, banyak ilmu kedokteran forensik ikut dilibatkan dalam mengulas cause of death yang akan digunakan dalam kepentingan peradilan.
Kedokteran dan hukum telah bercampur sepenuhnya di zaman modern. Hal ini telah dijelaskan secara singkat oleh oleh Knud Sand, profesor kedokteran hukum serta direktur Institut Kedokteran Hukum di Universitas Kopenhagen. Saat itu, di abad ke-19, perkembangan kedokteran forensik menyebabkan kemajuan pesat dalam prosedur peradilan dan penyelesaian kejahatan.
Kedokteran forensik berkaitan dengan penerapan pengetahuan medis ilmiah untuk administrasi hukum. Tujuannya untuk memajukan peradilan dan hubungan hukum praktisi medis. Kedokteran forensik membahas fisiologi kematian, penyebab dan waktu kematian, dan fenomena pascakematian.
Praktisi cabang kedokteran ini membantu dalam menilai tanggung jawab praktisi medis dalam masalah yang jadi obyek. Termasuk di antaranya persetujuan untuk pengobatan, intervensi terapeutik, perawatan darurat, prosedur hukum, pengangkatan dan transplantasi jaringan dan organ, operasi yang tidak perlu, bedah kosmetik, eksperimen ilmiah, dan seksual.
Ada pula prosedur, serta pertanyaan tentang kehamilan, pembunuhan, malpraktik, pengembangan dan pengumpulan bukti, serta penerapan hukum hukum kedokteran.
Dalam segala jenis investigasi kriminal, ahli forensik diharuskan untuk memeriksa tubuh dan mengumpulkan bukti untuk menyelidiki masalah tersebut sehingga alasan sebenarnya dari korban mati (death) atau mengalami cedera (demage) dapat dipahami.
Investigasi kematian marupakan kasus yang populer dan banyak melibatkan klinik forensik. Investigasi kematian telah dilakukan selama beberapa dekade untuk menentukan penyebab dan cara kematian. Dalam kasus pembunuhan, kasus mencurigakan serta kasus yang tidak jelas lainnya, seorang praktisi medis selalu diharapkan mengunjungi TKP sebelum potongan-potongan barang bukti diambil.
Tujuan kehadiran praktisi/ahli medis di TKP dapat dijelaskan dalam banyak hal. Praktisi dapat melihat sekeliling tempat ditemukannya serpihan barang bukti ketika ia melapor. Temuan pengamatan bersama pihak otopsi menciptakan perbedaan besar dalam penyelidikan, karena para ahli sering kali memberikan kesimpulan yang akurat.
Praktisi juga dapat dengan mudah mengevaluasi tentang peyebab kematian korban. Misalnya, apakah dapat dipastikan sebagai pembunuhan, dan keadaan dengan kematian alami, atau menafsirkan penyebab kehilangan darah dari orang yang meninggal.
Baca Juga :
- Momok Bernama Monkeypox: Asal-Usul, Penularan dan Pencegahannya
- Doctorpreneur, Menjadi Klinisi Sekaligus Pengusaha
Praktisi Medis di TKP
Segera setelah kejahatan dilaporkan dan TKP disegel, seorang ahli medis harus bergegas ke tempat untuk memeriksa tubuh, potongan-potongan barang bukti yang ditemukan, serta area di sekitarnya.
Pengamatan semacam itu memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik tentang bukti tidak langsung yang penting untuk menguraikan kasus tersebut. Praktik forensik seperti otopsi membantu mendapatkan jawaban atas pertanyaan mengenai waktu, penyebab, cara, waktu, metode dan sifat cedera.
Kehadiran praktisi di TKP amat penting demi mencari kejelasan penyebab dan waktunya. Pencarian observasional pertama adalah waktu yang paling penting maka dari itu perlu kehati-hatian memilih bukti biologis yang kemudian dikumpulkan untuk laporan dan dianalisis sehingga kesimpulan yang akurat tercapai.
Pengamatan retrospektif mengarah pada pengumpulan bukti yang tergesa-gesa dan tidak rasional yang menciptakan banyak beban bagi polisi dan laboratorium forensik.
Yurisprudensi Medis
Ini adalah topik luas yang mencakup penerapan ilmu kedokteran untuk masalah hukum. Ini biasanya mencakup kasus yang melibatkan hubungan darah antara tersangka dan individu terkait kasus lainnya, cedera, atau kematian.
Cara paling ekstrem saat menyelami penyelidikan ini adalah otopsi. Pemeriksaan post-mortem melibatkan mayat dan dapat menyebabkan beberapa temuan konstruktif seperti agen kematian langsung (misalnya tembakan atau racun) yang menghasilkan informasi penting.
Informasi yang bisa didapat dalam proses otopsi seperti berapa lama orang tersebut meninggal, bagaimana keadaannya ketika hidup dll. Kasus-kasus pemerkosaan kerap mencuatkan hal ini untuk menyadarkan masyarakat luas bagaimana ahli forensik membantu dalam menemukan pelaku.
Kasus Medikolegal
Kasus Medikolegal adalah setiap kasus umum cedera/penyakit di mana dokter, setelah memeriksa pasien dan memahami keadaan, memberikan intervensi kepada penyelidikan polisi untuk menetapkan prosedur pidana yang tepat menurut undang-undang yang mengatur. kasus yang termasuk dalam lingkup medikolegal.
- Kasus-kasus yang menyebabkan kematian seseorang atau segala jenis cedera/kelemahan dll. kepada orang tersebut akibat keracunan.
- Cedera karena benda berbahaya.
- Jika orang tersebut ditemukan dengan luka bakar atau meninggal karena tenggelam.
- Kematian segera pasca-operasi.
- Kematian/kecacatan pada seorang wanita dalam pernikahan (KDRT).
- Jika pemberitahuan tentang kasus semacam itu sangat penting sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
- Jika dokter memeriksa tubuh dan percaya kecurigaan melibatkan dugaan konspirasi.
Umumnya, kasus-kasus medikolegal hanya mencakup kasus-kasus di mana setelah menetapkan penyebab kematian, praktisi meyakini adanya permainan curang. Sebelumnya kepercayaan bahwa semua kematian harus dianggap sebagai kasus medikogal.
Hal ini sekarang tidak lagi menjadi masalah karena ada sarana diagnostik yang lebih baik dan lebih cepat di zaman modern. Terlebih laporan investigasi dapat ditemukan dengan mudah.
Sayangnya, banyak penyelidikan kriminal karena kematian seperti di atas tidak pernah terjadi karena tidak dilaporkan sebagai kasus medikolegal. Keyakinan umum bahwa kasus-kasus seperti itu melibatkan banyak perselisihan, interogasi kasar oleh petugas polisi, jam pengadilan yang tidak perlu.
Bukti Medikolegal
Seorang praktisi medis harus mampu memberikan bukti medis untuk membantu membangun kasus tidak bersalah atau bersalah dari terdakwa. Atau untuk mengkonfirmasi tuduhan penyerangan, pemerkosaan atau bahkan pembunuhan terhadap individu mana pun.
Pendapat para ahli tersebut bersandar pada alat bukti dan alat bukti medis dalam perkara medikolegal disebut sebagai alat bukti medikolegal yang terdiri dari laporan hasil pemeriksaan dokter, laporan pemeriksa forensik, bahkan alat bukti lisan dokter.
Bentuk dokumenter bukti yang disajikan oleh dokter, sebagian besar dalam kategori sertifikat medis yang menjelaskan keadaan fisik dan mental setiap individu, laporan medikolegal atau pernyataan kematian.
Seorang praktisi medis menganalisis sampel dan memberikan laporan. Sampel meliputi benda-benda berharga dari kasus-kasus yang mungkin berupa pembunuhan, pemerkosaan, penyerangan, kekerasan dan lain-lain.
Beberapa jenis sampel seperti cairan sperma, rambut kepala, rambut kemaluan, darah, percikan kulit, bekas luka, peluru lavage/muntah, sampel urin, potongan kuku yang terbakar, pakaian, rambut, serta sampel darah untuk mengetahui kadar karbon monoksida pada kasus luka bakar.
Pedoman Singkat untuk Praktisi Medis
Pedoman yang diterima secara luas mengenai kasus mediko-hukum dan dokumen terkait serta bukti diberikan secara rinci oleh IndianArmy.nic.in dan NHSRCIndia.org. Menurut pedoman tersebut, dokumen dalam kasus medikelegal harus dianggap sebagai catatan rahasia dan harus dilindungi di bawah pengawasan yang aman untuk menghindari gangguan.
Rekam medis harus lengkap dan harus mendokumentasikan semua peristiwa penting dalam penanganan pasien. Semua dokumen medis seperti rontgen dan laporan investigasi disimpan dengan cermat di bagian rekam medis dan diserahkan kepada pihak yang berwenang (petugas penyidikan) bila diperlukan.
Dalam situasi di mana pasien ingin membuat pernyataan kematian dalam kasus ini, hakim harus diberitahu. Jika hakim tidak dapat melakukannya hingga dalam waktu yang tepat, petugas medis dapat merekam sendiri pernyataan kematian korban dan di hadapan dua orang saksi independen.
Sejak lama, kehadiran dokter di tempat kejadian perkara dilihat sebagai hal yang tidak biasa. Dokter dengan keahliannya di bidang medis dapat memberikan kontribusi besar terhadap kualitas investigasi (kebanyakan dalam kasus pidana).
Kunjungan dokter ke TKP menurunkan tingkat ketidakpastian dalam kasus ini karena kesimpulan yang diambil dari pengamatan bisa menjelaskan sejumlah temuan yang terkait dengan penyebab, cara atau mekanisme kematian.
Meski karena campur tangan para ahli medis membuat kasus yang ditangani jadi sangat sensitif, orang-orang terlihat bersikap defensif. Konsep kunjungan dokter sesegera mungkin ke TKP perlu ditekankan sebagai sesuatu yang rutin dan wajib.
Cari tahu tentang seluk-beluk forensik klinis dan cara penerapannya bersama ahlinya dalam LIVE CME Management of Clinical Forensic Medicine in Daily Practice.
Penulis : Suci Sasmita, S.Ked
Referensi :
- Meera, T. (2016). Medicolegal cases: What every doctor should know. Journal of Medical Society, 30(3), 133. https://doi.org/10.4103/0972-4958.191174
- Mathiharan K, Patnaik AK. Modi’s Medical Jurisprudence & & Toxicology. 23rd Edition. New Delhi: LexisNexis. 2006; 24 and Karmakar RN. JB Mukherjee’s Forensic Medicine & Toxicology. 3rd Edition. Kolkata. Academic Publishers. 2007; 36-37.
- Tadge, A. S. (2020, May 20). Role of medical practitioner in criminal investigations. Indian Law Portal. Retrieved August 27, 2022, from https://indianlawportal.co.in/role-of-medical-practitioner-in-criminal-investigations/
Log in untuk komentar