Polusi Udara dapat Memicu Eksim hingga Demensia
Ancaman kesehatan akibat polusi udara, seringkali dikaitkan dengan gangguan pernapasan. Namun, dari berbagai temuan terbaru, polusi udara juga dapat menyebabkan kondisi yang mungkin tidak kita bayangkan sebelumnya: Eksim dan Demensia.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan PLOS ONE pada November 2024 lalu, orang-orang yang tinggal di daerah dengan paparan polusi udara yang intens, memiliki risiko tinggi mengalami eksim. Studi ini melibatkan lebih dari 280 ribu peserta di seluruh Amerika Serikat (AS). Peneliti menemukan bahwa orang yang tinggal di kawasan dengan paparan PM2,5 berkonsentrasi tinggi memiliki kemungkinan dua kali lebih besar terkena eksim, dibandingkan dengan orang yang menetap di daerah minim polusi.
Bagaimana polusi udara menyebabkan Eksim?
Pada tahun 2019, paparan polusi udara menyebabkan sedikitnya 4,2 juta kematian di seluruh dunia. Partikel halus (FPM), yang didefinisikan sebagai partikel berukuran kurang dari 2,5 μm (PM 2,5), merupakan bagian penting dari polusi udara dan dapat menembus jauh ke dalam sistem pernapasan. Faktanya, partikel halus tersebut dapat melewati sel epitel alveolar untuk memasuki aliran darah atau saluran limfatik, sehingga memungkinkan penyebarannya ke organ lain, termasuk kulit.
PM 2,5 mengandung banyak komponen berbeda, termasuk hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), yang dapat dengan mudah menembus stratum korneum dan mengganggu penghalang kulit. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif dan disfungsi inflamasi yang dimediasi oleh perubahan sinyal pada jalur Aryl hydrocarbon Receptor(AhR). Fenomena ini diperburuk dengan adanya lesi kulit yang sering muncul pada eksim.
Dalam studi baru tersebut, para peneliti menggunakan data dari Program Penelitian All of Us dari National Institutes of Health AS, yang mencakup ratusan ribu orang dewasa AS. Secara keseluruhan, 12.695 peserta (4,4%) didiagnosis menderita eksim. Setelah memperhitungkan demografi dan status merokok, orang dengan eksim lebih mungkin tinggal di wilayah dengan kadar partikel halus atau PM 2,5 yang tinggi di udara. Untuk setiap peningkatan 10 µm/m3 dalam polusi udara PM 2,5 rata-rata di wilayah mereka, orang dua kali lebih mungkin menderita eksim.
Para penulis menyimpulkan bahwa peningkatan polusi udara (diukur berdasarkan PM 2,5) dapat memengaruhi risiko timbulnya eksim, kemungkinan melalui efeknya pada sistem kekebalan tubuh.
Polusi udara dan Demensia
Penelitian lain di Skotlandia telah menemukan pola dalam data kesehatan yang menunjukkan bahwa polusi udara yang dihirup oleh anak-anak dapat memengaruhi kemungkinan mereka terkena demensia di kemudian hari.
Petunjuk pertama bahwa polusi udara dapat memengaruhi kesehatan otak ditemukan sekitar 20 tahun yang lalu, ketika para peneliti menemukan perubahan otak pada anjing peliharaan di Kota Meksiko yang tercemar secara kronis.
Pada tahun 2022, sebuah komite pemerintah Inggris berhasil meninjau 69 penelitian. Mereka menyimpulkan bahwa polusi udara kemungkinan mempercepat penurunan kognitif di kemudian hari dan meningkatkan risiko demensia. Mereka juga menemukan beberapa bukti perubahan pada otak anak-anak yang terpapar polusi udara.
Pada tahun 2004, lebih dari 1.000 orang direkrut untuk sebuah studi tentang otak dan penuaan. Mereka semua lahir pada tahun 1936 dan tumbuh di sekitar Edinburgh. Sejak berusia 70 tahun, mereka telah dinilai setiap tiga tahun.
Orang pertama didiagnosis menderita demensia pada tahun 2011. Pada tahun 2019, 17% orang telah terserang demensia, sekitar satu dari enam.
Tahap selanjutnya adalah menghitung polusi udara di lingkungan tempat tinggal mereka semasa kecil. Data disusun dari berbagai sumber, jurnal lama, buku, ringkasan statistik, dll. Mengingat hubungan intrinsik batu bara dengan populasi Inggris selama berabad-abad, penting untuk memperkirakan berapa banyak (dan di mana) batu bara dikonsumsi sepanjang abad ke-20.
Hasilnya tidak mencapai signifikansi statistik penuh, tetapi beberapa pola muncul.
Hasil pertama dan terkuat adalah bahwa polusi udara pada tahun 1936 berhubungan positif dengan risiko demensia, termasuk penyakit Alzheimer. Saat itu, peserta studi masih dalam kandungan ibu atau berusia kurang dari satu tahun.
Hasil yang kedua lebih aneh. Polusi udara di usia paruh baya tampaknya memiliki efek perlindungan terhadap demensia, tetapi ini mungkin disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan berbagai penyakit akibat polusi udara.
Paparan polusi udara yang lebih tinggi pada usia paruh baya mungkin berhubungan dengan kematian dini akibat kondisi terkait polusi udara lainnya, seperti penyakit kardiovaskular dan pernapasan, sebelum orang tersebut dapat mengembangkan demensia.
BACA JUGA:
- Polusi Udara Dapat Meningkatkan Resistensi Antibiotik
- Krisis Iklim: Apa yang Bisa Dilakukan oleh Seorang Profesional Kesehatan?
- Dua Faktor Risiko Baru untuk Demensia
Sebelumnya, polusi udara telah dilihat sebagai faktor risiko demensia untuk terjadi di masa mendatang, jika dilihat dari perspektif perjalanan hidup. Sebagian besar literatur berfokus pada paparan di kemudian hari dan risiko demensia, seringkali karena kurangnya data polusi udara historis.
Studi tersebut memberikan bukti baru dalam memahami hubungan antara polusi udara dan demensia dari perspektif perjalanan hidup, dan potensi relevansi periode dalam kandungan/awal kehidupan dan paruh baya sebagai TP kritis/sensitif.
Penelitian di masa mendatang diperlukan dalam kelompok yang lebih besar dengan keragaman etnis yang meningkat dan data polusi udara beresolusi lebih tinggi untuk mengonfirmasi apakah ada hubungan yang lebih kecil dengan risiko demensia yang belum dideteksi penelitian tersebut.
Referensi:
- Chen, G. F., Hwang, E., Leonard, C. E., et al. (2024). Association between fine particulate matter and eczema: A cross-sectional study of the All of Us Research Program and the Center for Air, Climate, and Energy Solutions. PLoS One. doi:10.1371/journal.pone.0310498.
- Jutila OI, Mullin D, Vieno M, Tomlinson S, Taylor A, Corley J, Deary IJ, Cox SR, Baranyi G, Pearce J, Luciano M, Karlsson IK, Russ TC. Life-course exposure to air pollution and the risk of dementia in the Lothian Birth Cohort 1936. Environ Epidemiol. 2024 Dec 10;9(1):e355. doi: 10.1097/EE9.0000000000000355. PMID: 39669703; PMCID: PMC11634326.
Log in untuk komentar