sejawat indonesia

Rehabilitasi Stroke: Tujuan dan Langkah Terapi

Menurut data World Stroke Organization, terdapat 13,7 juta kasus baru stroke setiap tahun dan 5,5 juta kematian yang disebabkan oleh stroke. Di indonesia, prevalensi stroke berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10,9% atau diperkirakan sebanyak 2.120.362 orang. (Kemenkes RI, 2018).

Tingginya jumlah tersebut, bukan cuma menuntut langkah pencegahan dan deteksi dini yang lebih sigap, tapi juga langkah rehabilitasi yang memadai. Pasien stroke perlu mendapatkan rehabilitasi medik sedini mungkin dengan tujuan untuk mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi gejala sisa yang ada agar penyandang stroke mampu melakukan aktivitas fungsional secara mandiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan mencapai hidup yang berkualitas.

Penilaian Awal

Langkah pertama dalam rehabilitasi stroke adalah penilaian awal yang komprehensif.Tim yang dibutuhkan dalam pelayanan stroke akut terdiri atas tim inti yaitu dokter umum di ruang emergensi, dokter spesialis saraf dan atau dokter spesialis saraf konsultan stroke, perawat dan atau perawat Neurosains. Tim inti ini didukung oleh neurointensivis, ahli neurosonologi, neurointervensi, neurobehaviour dan neurorestorasi, tim farmasi dan gizi.

Selain itu, dapat didukung pula oleh konsultan endokrin, ginjal hipertensi, hematologi, jantung, pulmonologi, bedah saraf, kedokteran fisik dan rehabilitasi,radiologi, serta ilmu gizi klinik. Tim konsultan ini dapat dimintakan konsultasi sesuai dengan penyakit penyerta pasien stroke. Tim inti dan tim konsultan ini bekerjasama dalam merawat pasien di neurointensive care unit/intensive care unit (NICU/ICU), unit stroke atau sudut stroke saat fase hiperakut dan akut, dilanjutkan saat perawatan subakut di ruang rawat stroke.

Tata laksana stroke yang komprehensif harus dimulai dari pencegahan primer, fase hiperakut yaitu penanganan pra-rumah sakit, unit gawat darurat, fase akut perawatan di unit/sudut stroke, rencana pulang sampai restorasi/rehabilitasi agar pasien dapat mandiri lagi dan berkualitas hidup baik, serta pencegahan stroke sekunder bagi insan pasca-stroke.

Seluruh hal di atas harus dilakukan secara optimal agar semua tujuan, baik dari segi efisiensi biaya maupun kualitas hidup prima dapat tercapai. Pelayanan stroke dibagi menjadi pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Pelayanan rawat jalan yang utama terdiri atas klinik pencegahan stroke, klinik neurologi/klinik neurovaskular yang dapat didukung oleh klinik neurosonologi, neurorestorasi dan neurorehabilitasi stroke, klinik fungsi luhur, program edukasi dan bimbingan komunitas serta pelayanan tele-stroke. Pelayanan rawat inap meliputi pelayanan emergensi stroke, pelayanan di unit stroke, evaluasi faktor risiko stroke, pemulihan stroke di stroke ward serta neurointervensi bedah dan non bedah.

Sistem pengobatan stroke berdasarkan waktu tidak selamanya dapat diterapkan secara umum karena kesadaran pasien serta fasilitas untuk tiba di rumah sakit lebih awal masih sulit tercapai. Tetapi, penerapan konsep unit komprehensif pelayanan stroke terpadu di rumah sakit telah terbukti efektif menekan angka kematian, menurunkan derajat kecacatan dan lama perawatan.

Skema Alur dan Rujukan Pengelolaan Pasien Stroke

Terapi Fisik: Memulihkan Kekuatan dan Koordinasi

Setelah penilaian awal, pasien biasanya akan memulai terapi fisik. Ini adalah bagian penting dari rehabilitasi stroke, yang dirancang untuk membantu pasien memulihkan kemampuan fisik yang hilang atau terpengaruh oleh stroke. Terapi fisik mungkin termasuk latihan untuk meningkatkan kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi. Terapis fisik mungkin juga menggunakan teknologi seperti stimulasi listrik untuk membantu memulihkan fungsi otot.

Terapi Okupasi: Menyesuaikan Kembali ke Kehidupan Sehari-hari

Terapi okupasi merupakan bagian integral lainnya dari rehabilitasi stroke. Terapis okupasi akan membantu pasien memulihkan kemampuan mereka untuk melakukan tugas sehari-hari, seperti makan, berpakaian, dan mandi. Terapi ini mungkin juga melibatkan latihan untuk meningkatkan keterampilan motorik halus, dan pendidikan tentang cara menyesuaikan lingkungan rumah dan tempat kerja untuk memenuhi kebutuhan baru pasien.

Terapi Bicara: Meningkatkan Komunikasi

Banyak pasien stroke mengalami kesulitan dalam berbicara atau memahami bahasa, suatu kondisi yang dikenal sebagai afasia. Dalam hal ini, terapi bicara menjadi sangat penting. Terapis bicara akan bekerja dengan pasien untuk membantu mereka memperbaiki kemampuan bicara dan komunikasi mereka, menggunakan berbagai teknik dan alat, seperti terapi musik atau teknologi berbasis komputer.

Dukungan Emosional dan Psikologis: Merawat Jiwa

Dukungan emosional dan psikologis juga sangat penting dalam rehabilitasi stroke. Stroke bisa menyebabkan perubahan suasana hati dan emosi, termasuk depresi dan kecemasan. Konseling dan terapi psikologis dapat membantu pasien mengelola perubahan ini dan membangun strategi untuk mengatasi tantangan emosional dan psikologis. Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman sangat penting dalam proses pemulihan ini.

Pendidikan dan Pelatihan: Menyediakan Alat untuk Pemulihan

Pendidikan dan pelatihan adalah komponen penting lainnya dari rehabilitasi stroke. Pasien dan keluarganya perlu memahami apa yang terjadi, apa yang dapat diharapkan, dan bagaimana mereka dapat berpartisipasi aktif dalam proses pemulihan. Mereka mungkin juga mendapatkan pelatihan tentang cara merawat pasien, termasuk teknik pemijatan, penanganan peralatan medis, dan strategi untuk mengelola stres dan kecemasan.

Menerapkan Gaya Hidup Sehat

Selain terapi spesifik dan dukungan emosional, menerapkan gaya hidup sehat juga sangat penting dalam rehabilitasi stroke. Ini termasuk diet seimbang, olahraga teratur, berhenti merokok, mengelola stres, dan memantau tekanan darah dan kadar gula darah. Adopsi gaya hidup sehat dapat membantu mencegah stroke berulang dan meningkatkan kesejahteraan umum pasien.

Meneruskan Rehabilitasi di Rumah

Setelah pasien pulang dari rumah sakit atau pusat rehabilitasi, rehabilitasi di rumah menjadi penting. Ini mungkin melibatkan latihan yang diberikan oleh terapis, perubahan dalam rutinitas sehari-hari, atau menggunakan alat bantu seperti tongkat atau kursi roda. Dukungan dari keluarga dan teman sangat penting dalam tahap ini.

Proses rehabilitasi stroke adalah perjalanan panjang dan rumit. Namun, dengan pendekatan yang tepat dan dukungan yang kuat, pemulihan mungkin. Menghargai setiap langkah maju, sekecil apapun, dan berdedikasi pada proses ini dapat membantu individu yang pulih dari stroke mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Sebab bagaimanapun, tujuan rehabilitasi stroke adalah untuk memungkinkan pasien kembali menjalani kehidupan yang produktif dan bermakna.

Sumber:

  • Guidelines for Adult Stroke Rehabilitation and Recovery, AHA Journals Publishing Guide, 2016
  • Buku Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) pelayanan stroke terpadu, Kemenkes, 2019
Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaKetika Pasien Menyapa Anda tanpa Gelar 'Dokter'

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar