sejawat indonesia

Riset Terbaru Sebut Senam Aerobik Efektif Membendung Pertumbuhan Kanker Pankreas

Kanker pankreas adalah salah satu penyakit paling mematikan dan senyap lantaran stadium awalnya tak bergejala. Tapi, efek baru terasa ketika sudah menjalar di organ tubuh lain. Saat sudah di tingkat parah, sang penderita terlihat mengalami penurunan berat badan, gangguan pencernaan, nyeri di bagian atas perut, rasa gatal di seluruh tubuh hingga hilangnya nafsu makan.

Menurut National Health Service (NHS), kanker pankreas umumnya menyerang para lansia yang berusia 75 tahun ke atas. Sehingga umumnya jarang terjadi pada orang-orang berusia 40 ke bawah. Sejumlah penyakit meningkatkan risiko seseorang terkena kanker pankreas seperti diabetes yang tidak terkontrol, pankreatitis kronis, tukak lambung, infeksi bakteri Helicobacter pylori, dan hepatitis B.

Beberapa jenis kanker juga bisa menjadi biang keladinya. Mulai dari kanker lambung, kanker mulut dan tenggorokan, kanker rahim, kanker ovarium, atau kanker prostat. Masalah lain juga bisa muncul saat seseorang kekurangan zat likopen dan selenium, punya berat badan berlebih (obesitas), terpapar radiasi (sinar gamma, gelombang radio, sinar-x, gelombang inframerah dan gelombang ultraviolet), atau bahkan punya riwayat jalani terapi radiasi.

Peluang seseorang terkena kanker pankreas juga akan lebih besar jika ada salah satu anggota keluarga memiliki riwayat penyakit tersebut. Lebih jauh, gaya hidup turut menyumbang kasus tersebut. Sebut saja mengonsumsi alkohol, merokok, dan pola makan kurang sehat. Perawatan kanker pankreas sendiri dilakukan dengan beberapa cara, baik itu pengobatan, operasi hingga kemoterapi.

Kemungkinan opsi terapi berpotensi bertambah berkat penelitian yang dilakukan para peneliti di NYU Grossman School of Medicine New York. Dalam publikasi berjudul "Exercise-induced engagement of the IL-15/IL-15Rα axis promotes anti-tumor immunity in pancreatic cancer" yang diterbitkan oleh Cancer Cell pada 2 Juni lalu, senam aerobik ternyata efektif memperlambat pertumbuhan sel-sel kanker pankreas.

Sebagai tahapan awal studi tersebut, para peneliti melakukan beberapa penelitian pada tikus dengan kanker pankreas. Semuanya menunjukkan bahwa olahraga memperlambat pertumbuhan tumor. Rangkaian studi tikus pertama menunjukkan bahwa efek senam aerobik pada kanker bergantung pada sel T CD8.

Setelah temuan itu, tim membandingkan data pasien kanker pankreas. Mereka menemukan beberapa kasus dalam uji klinis, di mana pasien dengan Pancreatic ductal adenocarcinoma (PDA) menjalani serangkaian aktivitas fisik sebelum reseksi bedah secara prospektif. Hasil masing-masing data ternyata identik.


Baca Juga :

Kanker Pankreas: Proses Bertumbuh dan Kombinasi Terapi untuk Melawannya

Pedoman Klinis Terapi Radiasi Untuk Perawatan Kanker Pankreas


"Konsisten dengan data tikus percobaan kami, pasien yang berpartisipasi dalam olahraga dan senam pra-operasi menunjukkan jumlah sel T CD8 infiltrasi yang jauh lebih tinggi dan kecenderungan ekspresi granzyme B (GZMB) yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol historis yang cocok," demikian kutipan laporan riset tersebut.

"Selanjutnya, kami mengamati peningkatan yang signifikan. Dalam kelangsungan hidup rata-rata keseluruhan pasien dengan tingkat CD8 atau GZMB intra-tumor yang tinggi dalam kelompok latihan, sementara tidak ada perbedaan yang dapat dideteksi terkait dengan status CD8 atau GZMB yang terlihat pada kelompok kontrol," lanjut mereka.

Dengan kata lain, olahraga bisa menginduksi peningkatan infiltrasi sel T CD8 ke dalam tumor PDA manusia. Kapasitasnya untuk melawan perkembangan sel-sel kanker pankreas pun meningkat. Sehingga ini berpotensi meningkatkan kapasitas fungsionalnya.

"Temuan kami menunjukkan, untuk pertama kalinya, bagaimana senam aerobik bisa memengaruhi lingkungan mikro kekebalan dalam tumor pankreas," kata Emma Kurz selaku peneliti utama, seperti dilansir oleh Medscape.

"Penelitian ini membantu mengungkapkan bahwa aktivasi sinyal IL-15 (interleukin-15) pada kanker pankreas mungkin merupakan pendekatan pengobatan yang penting di masa depan," sambung Emma.

Para peneliti mulai menelisik peran sinyal IL-15 sejak banyak studi yang berfokus pada "saudara" IL-2 tersebut dipublikasikan dalam beberapa tahun belakangan. Di sisi lain, peneliti lain berusaha mengobati kanker dengan metode infusi langsung protein tersebut. Tapi, metode ini justru meningkatkan risiko kerusakan inflamasi sistemik.

Kemudian, sebuah perubahan ditempuh setelah diperoleh fakta bahwa protein IL-15 cocok dengan protein reseptor (IL-15Rα) pada permukaan sel T atau NK target, ibarat sebuah anak kunci ke lubang gembok. Kandidat obat baru yang meniru interaksi "gembok dan kunci" ini bertugas mengirim pesan untuk mengaktifkan sel target.

Selain Emma Kurz beserta kolega, perusahaan farmasi Novartis asal Swiss sedang mengembangkan sel agen NIZ985 yang dirancang meningkatkan sinyal jalur IL-15/IL-15Rα. Caranya dengan mengurangi potensi efek inflamasi yang berbahaya. Meski begitu, penelitian yang sudah berjalan sejak 2020 tersebut belum diuji pada sejumlah besar orang dengan kanker pankreas.

Kembali pada studi yang jadi pembahasan, Kurz bersama rekan-rekan peneliti menjabarkan bahwa baik olahraga atau pengobatan dengan sel NIZ985 meningkatkan efektivitas kemoterapi dan pengobatan yang ada. Keduanya menghalangi efek protein death receptor 1 (PD-1) pada tikus.

Penjelasan cara kerjanya cukup sederhana. Demi menjauhkan sel normal dari serangan ke imunitas tubuh, sistem kekebalan disebut memakai "pos pemeriksaan" (dalam hal ini, PD-1) pada sel imun yang menyerangnya saat menerima sinyal yang tepat. Sel kanker disebut membajak pos pemeriksaan demi menonaktifkan respons imun pada serangan.

Emma Kurz dkk menjelaskan bahwa obat-obatan yang membuat fungsi PD-1 terhalang bisa membuat tumor "kembali terlihat" oleh sel-sel imun. Tapi cuma sedikit manjur terhadap PDAC yang prakiraan hidupnya bisa berlangsung 5 tahun setelah masuk stadium lanjut hanya sebersar 10 persen.

Masih di penelitian yang sama, tim dari Perlmutter Cancer Center menemukan bahwa blokade PD-1 dari obat meningkatkan jumlah sel T CD8+ pembunuh sel kanker yang responsif terhadap IL-15 pada tumor tikus sebesar 66 persen saja. Tapi, persentasenya meningkat hingga mencapai angka 175 jika dikombinasikan dengan olahraga.

mereka turut menemukan bahwa kombinasi kerja sinyal sitokin IL-15, sel superagonis NIZ985 dan terapi penghambat PD-1 meningkatkan kelangsungan hidup tikus dengan kanker pankreas stadium lanjut sebesar 100 persen.

Salah satu peneliti asal NYU Langone Health yang ikut dalam riset ini, Dafna Bar-Sagi, menjelaskan bahwa laporan tersebut bisa menjadi jawaban baru bagi dunia medis atas kebutuhan jenis terapi baru untuk para penderita kanker pankreas.

"Bahkan olahraga ringan dapat banyak mengubah kondisi kanker yang. Riset yang kami lakukan menunjukkan potensi pendekatan ini dalam merawat pasien dengan beban penyakit yang berefek mematikasn dan cuma menawarkan sedikit pilihan," ujarnya dalam pernyataan tertulis pihak NYU Langone Health pada 2 Juni silam.

Sebagai tindak lanjut dari riset tentang efek olahraga, seluruh peneliti segera meluncurkan uji klinis dengan objek mencari tahu efek olahraga pada sistem kekebalan pasien kanker pankreas. Lebih jauh, mereka berencana terus mengeksplorasi potensi kemanjuran sitokin IL-15 jika dikombinasikan dengan kemoterapi dalam memerangi kanker pankreas.


Referensi :

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaSelain Hewan Ternak, Apakah Virus PMK juga Mengancam Manusia?

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar