Dapatkah Body Roundness Index (BRI) Mengganti Metode BMI?
Selama bertahun-tahun, indeks massa tubuh telah menjadi cara standar untuk mengukur lemak tubuh dan, sebagai perluasan, juga untuk menilai risiko kesehatan.
Namun BMI—perhitungan berdasarkan tinggi dan berat badan—telah banyak dikritik karena cacat dan menyesatkan, dan beberapa profesional kesehatan telah menekankan pentingnya mengembangkan cara lain untuk memantau obesitas dan kesehatan.
Hadirlah Body Roundness Index (BRI), alat skrining medis baru yang mempertimbangkan tinggi badan dan lingkar pinggang—tetapi bukan berat badan. Sebuah studi terkini yang dipublikasikan di JAMA Network Open menemukan bahwa BRI mungkin merupakan cara yang lebih akurat untuk memperkirakan obesitas daripada BMI.
Apa yang diukur BRI?
BRI, seperti namanya, adalah sebuah ukuran yang dirancang untuk menangkap “kebulatan” seseorang. BRI menggunakan tinggi badan, berat badan, lingkar pinggang, dan terkadang lingkar pinggul untuk perhitungannya.
Seberapa bulat tubuh seseorang berkorelasi langsung dengan distribusi lemak tubuh, terutama lemak perut, atau 'obesitas sentral. Lemak perut merupakan prediktor kuat penyakit jantung, diabetes, dan bahkan risiko kematian.
Skala BRI berkisar dari satu hingga 16, dengan skor yang lebih tinggi menunjukkan bentuk tubuh yang lebih bulat. BRI dihitung menggunakan rumus matematika:
364,2 − 365,5 × √(1 − [lingkar pinggang dalam cm / 2π]2 / [0,5 × tinggi dalam cm]2
Formula tersebut, pertama kali dikembangkan oleh Diana Thomas, PhD, seorang profesor matematika di West Point, dan pertama kali diperkenalkan ke dalam literatur ilmiah dalam sebuah studi tahun 2013 di jurnal Obesity.
Mengapa BMI butuh metode lain?
Indeks massa tubuh (BMI) menggunakan tinggi dan berat badan untuk mengkategorikan orang sebagai kurang berat badan, normal, kelebihan berat badan, atau obesitas. Dari sana, penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan BMI untuk membantu menentukan apakah berat badan seseorang memberi ancaman terhadap kondisi kesehatan tertentu. Tetapi, sistem ini telah lama dikritik karena memiliki kekurangan karena tidak memperhitungkan variabel lain seperti jenis kelamin, ras, usia, dan etnis.
Metrik tersebut "terutama didasarkan pada data yang dikumpulkan dari generasi sebelumnya dari populasi kulit putih non-Hispanik," menurut pernyataan tahun 2023 oleh Asosiasi Medis Amerika yang memperingatkan bahwa BMI adalah "cara yang tidak sempurna untuk mengukur lemak tubuh dalam berbagai kelompok."
BMI juga tidak membedakan antara lemak dan otot atau memperhitungkan distribusi lemak. Akibatnya, BMI dapat salah mengklasifikasikan orang, melabeli orang berotot sebagai kelebihan berat badan atau obesitas, sementara gagal mengidentifikasi orang dengan berat badan normal tetapi lemak perut tinggi sebagai orang yang berisiko.
Penelitian tentang BRI menunjukkan bahwa metode ini menjanjikan sebagai prediktor komposisi tubuh dan risiko kesehatan yang lebih akurat. BRI dapat mengakomodasi variasi komposisi tubuh dan distribusi lemak di antara jenis kelamin dan berbagai etnis dibandingkan dengan BMI. Dengan menyertakan ukuran pinggang dan pinggul, BRI menawarkan evaluasi yang lebih komprehensif tentang bentuk tubuh dan distribusi lemak tubuh.
Dalam penelitian yang diterbitkan bulan Juni lalu, peneliti menemukan korelasi antara orang dengan BRI yang lebih tinggi dan peningkatan risiko kematian akibat penyebab apa pun. Menariknya, orang dengan skor yang lebih rendah, khususnya mereka yang berusia 65 tahun ke atas, juga memiliki risiko kematian yang meningkat secara signifikan karena sebab apa pun.
Temuan ini menyimpulkan bahwa BRI yang rendah menunjukkan kekurangan gizi, kelelahan, toleransi aktivitas yang berkurang, dan atrofi otot—semua indikator status kesehatan yang kurang dan, akibatnya, kesehatan yang lebih rendah.
Studi lain di tahun 2013 menemukan bahwa BRI memprediksi jumlah jaringan visceral, atau lemak di sekitar perut, lebih baik daripada BMI. Sebuah meta-analisis dari tahun 2020 juga menunjukkan bahwa BRI mengungguli BMI (serta pengukuran lainnya) dalam memperkirakan risiko berbagai penyakit, termasuk sindrom metabolik dan kanker kolorektal.
Pada tahun 2021, sebuah penelitian menemukan bahwa BRI berkorelasi kuat dengan resistensi insulin dan sindrom metabolik—keduanya merupakan prekursor diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Temuan tersebut mendukung potensi BRI sebagai alternatif yang lebih unggul terhadap BMI dalam memprediksi risiko kesehatan yang terkait dengan obesitas, khususnya obesitas perut.
BACA JUGA:
- Melampau BMI: Inilah Framework Baru untuk Diagnosis & Manajemen Obesitas
- Mengapa Obat Obesitas Punya Potensi Menangani Berbagai Penyakit?
- Bahaya dari Konsumsi Sukralosa
Kekurangan BRI
Meskipun BRI merupakan metrik yang menjanjikan, ia bukan tanpa keterbatasan. Salah satu kekurangannya adalah bahwa metode ini mungkin belum sepenuhnya menangkap kompleksitas komposisi tubuh di semua populasi. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memvalidasi BRI di berbagai kelompok etnis, usia, dan jenis kelamin untuk memastikan penerapannya secara luas.
Perhitungan BRI juga mungkin lebih rentan terhadap kesalahan karena lebih sulit untuk mengambil ukuran pinggang yang akurat. Misalnya, jika dua orang mengukur pinggang seseorang, mereka mungkin memiliki pita pengukur di tempat yang sedikit berbeda, dan orang tersebut mungkin membusungkan atau menyedot perutnya sedikit berbeda setiap saat, keduanya dapat menghasilkan pengukuran yang berbeda.
Ditambah lagi, tidak seperti batas BMI yang relatif mudah, nilai BRI tidak mudah ditafsirkan dan mungkin lebih sulit diterapkan dalam praktik rutin. BRI masih merupakan ukuran yang relatif baru dan belum dipelajari secara ekstensif seperti BMI, yang telah ada selama lebih dari seratus tahun.
Beberapa kritik lain terhadap BRII, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan istilah 'bulat' dalam Indeks Kebulatan Tubuh. Terdapat kekhawatiran istilah itu dapat menimbulkan dan berpotensi memicu stigmatisasi.
Referensi:
- Zhang X, Ma N, Lin Q, et al. Body roundness index and all-cause mortality among us adults. JAMA Netw Open. 2024;7(6):e2415051-e2415051. doi:10.1001/jamanetworkopen.2024.15051
- Thomas DM, Bredlau C, Bosy-Westphal A, et al. Relationships between body roundness with body fat and visceral adipose tissue emerging from a new geometrical model. Obesity (Silver Spring). 2013;21(11):2264-2271. doi:10.1002/oby.20408
- American Medical Association. AMA adopts new policy clarifying role of BMI as a measure in medicine.
- Rico-Martín S, Calderón-García JF, Sánchez-Rey P, Franco-Antonio C, Martínez Alvarez M, Sánchez Muñoz-Torrero JF. Effectiveness of body roundness index in predicting metabolic syndrome: a systematic review and meta-analysis. Obes Rev. 2020;21(7):e13023. doi:10.1111/obr.13023
- Nkwana MR, Monyeki KD, Lebelo SL. Body roundness index, a body shape index, conicity index, and their association with nutritional status and cardiovascular risk factors in South African rural young adults. Int J Environ Res Public Health. 2021;18(1):281. doi:10.3390/ijerph18010281
Log in untuk komentar