sejawat indonesia

Membongkar Mispersepsi Makanan Sehat Menolong Penderita Masalah Sendi

Penyakit Rhematoid arthritis, atau rematik, adalah momok bagi para orang tua dan lansia. Ini disebabkan dari gangguan sistem kekebalan tubuh hingga akhirnya menyerang jaringan tubuh. Berbeda dengan osteoarthritis yang berasal dari kerusakan bagian tulang rawan.

Bagian tubuh yang paling terdampak adalah lapisan sendi (sinovium). Alhasil muncullah rasa nyeri kronis, kaku, persendian bengkak, erosi tulang serta kelainan bentuk sendiri. Rematik sendiri menyerang sendi tangan, pergelangan tangan, kaki serta lutut. Organ vital lain juga ikut terserang, seperti paru-paru dan jantung, kendati hal tersebut sangat jarang terjadi.

Aktivitas sehari-hari penderitanya akan terganggu, bahkan untuk yang sangat sederhana sekali pun. Mulai dari menulis, memakai baju, membuka botol atau mengangkat gelas. Kemudian peradangan sendi di pinggul, lutut serta kaki membuat kemampuan berjalan, membungkuk atau berdiri kian sulit dilakukan. Jadi secara umum, kualitas hidup orang-orang dengan rematik akan menurun.

Perawatan farmakologis yang efektif untuk membatasi perkembangan penyakit ini juga hanya bisa meringankan gejala. Banyak riset menyarankan perubahan gaya hidup seperti mengubah pola makan akan berdampak positif bagi penderitanya, terutama dalam urusan kekebalan tubuh. Selain itu, obat-obat suplemen imun untuk meringankan efek problem persendian juga diperjualbelikan dengan bebas.

Namun, para peneliti European Alliance of Associations for Rheumatology (EULAR) menerbitkan sebuah hasil penelitian yang mengejutkan. Dalam jurnal yang dipublikasikan oleh RMD Open pada 2 Juni lalu, mereka menemukan fakta bahwa diet ternyata tidak memberi efek yang berarti bagi para penderita Rheumatic and Muscoskeletal Disease (RMD), termasuk rematik.

Kesimpulan ini diperoleh setelah menganalisis 24 tinjauan sistematis dan 150 artikel asli terbitan tahun 2013 hingga 2018 yang mengeksplorasi hal tersebut. Beberapa jenis RMD dan turunannya antara lain osteoarthritis, rematik, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), Axial spondyloarthritis (Axial SpA), Psoriasis artritis, Systemic sclerosis dan asam urat.

Sedangkan untuk makanan, mereka mencari tahu efek paparan 83 jenis makanan dan kandungannya. Mulai dari  vitamin D, vitamin B12, minyak ikan, asam lemak omega-3, minyak argan, delima, jus ceri, kalsium, ekstrak teh hijau hingga susu bubuk.

James M. Gwinnutt beserta kolega menemukan bahwa jumlah publikasi penelitian yang terang-terangan menyatakan efek makanan pada penderita RMD sangat sedikit. Justru, dampaknya terbilang relatif rendah atau malah minim. Mereka pun sepakat bahwa risiko bias dari seluruh hasil penelitian tersebut berada dalam skala sedang hingga tinggi. Singkatnya? Mayoritas tak memberi bukti kuat.

Pada banyak penelitian yang menyasar kondisi medis kondroitin dan osteoarthritis, atau uji coba dengan ukuran sampel lebih besar, ukuran efeknya justru kecil dan tidak bermakna secara klinis (clinically insignificant). Atau secara spesifik, dampaknya sangat kecil. Studi terpercaya dan berkualitas yang mendukung efek diet pada penderita RMD juga dikatakan nihil.

"Ada beberapa alasan potensial kenapa strategi diet sejauh ini terbukti tidak efektif dalam penanganan RMD," ungkap salah satu peneliti yang terlibat, Dr. Suzanne Verstappen, seperti dikutip dari laman EverydayHealth.com.

"Mungkin beberapa diet memang berdampak ke pasien RMD, tetapi ini belum diuji dalam penelitian berkualitas tinggi. Bahkan ini terjadi pula untuk studi strategi diet yang mungkin punya efek kecil pada RMD, mungkin butuh waktu lama untuk dikembangkan," imbuhnya.

"Karena itu, penelitian-penelitian tersebut sulit untuk dipilih sebagai rujukan untuk uji klinis, yang biasanya punya durasi tindak lanjut yang relatif singkat," jelas perempuan yang menjabat sebagai Direktur of Social Responsibility untuk School of Biological Sciences di University of Manchester tersebut.


Baca Juga :

Mekanisme Anti Malaria Sebagai Terapi Lupus Eritematosus Sistemik

Peneliti Dapati Metabolit dan Urin Berpotensi Mudahkan Deteksi Lupus


Kembali ke hasil studi, disebutkan bahwa memang ditemukan bukti berkualitas menengah untuk efektivitas probiotik, vitamin D, dan minyak ikan/omega-3. Tapi, dampaknya bisa diabaikan atau terlalu kecil untuk membuat perbedaan pada aktivitas penderita RMD.

Lebih jauh, bukti dampak positif diet pada penderita SLE dinilai sebagai sedang. Mengatur pola makan bahkan tak memberi efek apa-apa pada penderita Axial spondyloarthritis (Axial SpA), Systemic sclerosis dan asam urat.

Lalu dari mana datangnya mispersepsi bahwa konsumsi makanan sehat akan langsung membantu masalah persendian? Verstappen menulis bahwa hasil studi pada pasien osteoarthritis dan rheumatoid arthritis sangat bervariasi. Timnya menduga ini lantaran bias penerbit atau pengaruh sponsor komersial dalam beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya.

Penerbit jurnal disebut memilah-milah dan lebih menyukai riset yang menunjukkan hasil positif untuk diterbitkan ketimbang hasil penelitian bertolak belakang. Fakta menunjukkan bahwa sejumlah penelitian didanai oleh perusahaan yang produsen produk yang sedang dievaluasi. Alhasil, conflict of interest yang harusnya dihindari, justru menyitir arah penelitian. Meski demikian, Verstappen sekali lagi menegaskan ini masih bersifat dugaan.

Namun, ini tak lantas membuat diet serta merta tak memberi apa-apa bagi penderita RMD. Berbicara pada Medical News Today, Dr. Rik Lories dari Katholieke Universiteit Leuven Belgia menyebut penurunan berat badan akan membuat mobilitas dan fungsi sendi jadi lebih ringan. Tapi, ia mengapresiasi usaha Dr. Verstappen beserta kolega yang mengungkap potensi "agenda komersial tersembunyi."

"Untuk penyakit di mana pengobatan efektif sudah mudah diakses, seperti rheumatoid arthritis atau psoriatic arthritis, bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada tempat khusus untuk suplemen dan vitamin tambahan yang kerap dibanderol dengan harga mahal," kata Dr. Lories.


Referensi :

  • Gwinnutt JM, Wieczorek M, Rodríguez-Carrio J, et al. (2022). Effects of diet on the outcomes of rheumatic and musculoskeletal diseases (RMDs): systematic review and meta-analyses informing the 2021 EULAR recommendations for lifestyle improvements in people with RMDs. RMD Open;8 :e002167. doi: 10.1136/rmdopen-2021-002167
  • EveryDayHealth.com. 2 Juni 2022. Healthy Eating Doesn’t Slow the Progression of Rheumatic and Musculoskeletal Diseases, Says Study. Diakses pada 17 Juni 2022, dari https://www.everydayhealth.com/rheumatic-diseases/healthy-eating-doesnt-slow-the-progression-of-rheumatic-and-musculoskeletal-diseases/
  • Medical News Today. 8 Juni 2022. Arthritis treatment: No evidence that diet helps. Diakses pada 17 Juni 2022 dari https://www.medicalnewstoday.com/articles/arthritis-treatment-no-evidence-that-diet-helps

Tags :
Artikel sebelumnya5 Vitamin Terbaik Penghilang Stres
Artikel selanjutnyaMenilai Penggunaan Antikoagulan pada Penyakit Autoimun

Event Mendatang

Komentar (0)
Komentar

Log in untuk komentar