Pengobatan Berbasis Bukti. Apakah Sekadar Ilusi?
Apakah “pengobatan berbasis bukti” adalah sesuatu yang benar-benar berbasis bukti? jawabannya tergantung kepada siapa Anda bertanya. Istilah ini biasanya digunakan untuk membenarkan protokol dan pedoman tertentu. Namun, masih banyak penelitian yang masih diperdebatkan.
Pengobatan berbasis bukti saat ini dianggap sebagai standar terbaik dalam pengambilan keputusan klinis. Hal ini berakar pada penggabungan bukti terbaik yang ada dengan keahlian klinis dan nilai-nilai pasien. Namun tujuan dari pengobatan yang benar-benar berbasis bukti mungkin tidak dapat dicapai seperti yang terlihat.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan 'berbasis bukti'?
Istilah pengobatan berbasis bukti berarti memandu keputusan perawatan berdasarkan tinjauan penelitian yang cermat dan mengekstrapolasi data ke pasien di dunia nyata. Selama tahun 1980-an, pengobatan berbasis bukti muncul dari karya ahli epidemiologi klinis di Kanada, yang dipimpin oleh dokter kelahiran Amerika, Dr. David Sackett.
Berikut adalah lima langkah dasar praktik berbasis bukti:
- Mendefinisikan pertanyaan klinis
- Menemukan bukti terbaik
- Mengevaluasi bukti secara kritis
- Menerapkan bukti ke skenario dunia nyata
- Mengamati hasilnya
Profesional Kesehatan dan penyedia layanan diharapkan untuk tetap menjadi yang terdepan dalam penelitian dan mempertimbangkan bukti yang ditemukan dalam literatur medis dengan mempertimbangkan kekuatan desain penelitian. Meta-analisis skala besar yang mengevaluasi uji coba terkontrol secara acak (RCT) dianggap sebagai tingkat teratas, diikuti oleh RCT tunggal, non-RCT, studi kohort, studi kasus, dan pendapat ahli.
Setelah melakukan survey terhadap bukti, dokter menentukan bagaimana penelitian yang tersedia dapat diterapkan pada pasien mereka. Ketika penyedia layanan memberikan rekomendasi, mereka juga harus menghormati nilai-nilai dan keinginan pasien, meskipun hal tersebut bertentangan dengan bukti yang mendukung pendekatan yang akan direkomendasikan. Contohnya seperti pilihan pasien untuk tidak melakukan pengobatan agresif demi menjaga kualitas hidup.
Ketika informasi berkembang (atau justru tidak ada)
Sifat dinamis ilmu kedokteran sering kali mempertanyakan praktik berbasis bukti. Ketika penelitian baru bermunculan, tidak jarang protokol yang telah ditetapkan sebelumnya dipertimbangkan kembali, sehingga menyebabkan pergeseran pedoman klinis. Dokter terbaik memiliki pengetahuan tentang bukti namun fleksibel dan terbuka terhadap perubahan.
Selain itu, dokter sering kali menghadapi area abu-abu karena kurangnya bukti berkualitas tinggi. Meskipun ada niat baik, pengobatan berbasis bukti tidak mungkin dilakukan di semua kasus—seperti ketika keadaannya berbeda-beda atau penelitiannya tidak ada.
Bagaimana dengan penilaian dan keahlian klinis?
Temuan medis tidak hanya berubah seiring waktu, tetapi beberapa pasien tidak masuk dalam kategori yang didokumentasikan dalam penelitian. Dalam kasus seperti ini, penilaian klinis dan pengambilan keputusan bersama dengan pasien menjadi hal yang sangat penting dalam menavigasi kompleksitas perawatan.
Penyedia layanan dan profesional kesehatan harus memahami bahwa penelitian memiliki kekuatan dan keterbatasan. Meskipun bukti mungkin menunjukkan intervensi tertentu, tidak ada yang bisa menggantikan pengalaman klinis dan intuisi.
Bukti yang Bias
Faktor lain yang mengaburkan upaya mencapai perawatan berbasis bukti adalah dampak penelitian yang disponsori industri. Bukan rahasia lagi bahwa perusahaan farmasi dan peralatan medis memainkan peran penting dalam mendanai uji klinis—sistem ini dapat menimbulkan bias. Kewajiban industri farmasi untuk menenangkan investor mendorong “propaganda hubungan masyarakat mengenai integritas ilmiah,” menurut sebuah makalah opini yang diterbitkan di British Medical Journal.
Kepentingan korporasi juga telah menyusup ke dunia akademis, mencemari apa yang dulunya dianggap sebagai ruang yang etis dan netral untuk penelitian ilmiah. Beberapa titik pengaruh, mulai dari pengembangan materi pendidikan kedokteran hingga penerbitan artikel jurnal, terkadang menyebabkan hubungan yang tidak sehat antara departemen universitas dan perusahaan nirlaba.
BACA JUGA:
- Tips Menghadapi Kesalahpahaman yang Umum Terjadi dalam Pelayanan Kesehatan
- Mengapa Banyak Orang Cenderung Menyembunyikan Penyakitnya?
- Melawan Ableism adalah Keharusan dalam Pelayanan Kesehatan
Oleh karena itu, para dokter masa kini harus tetap waspada dalam mengevaluasi sumber bukti secara kritis dan mempertimbangkan potensi konflik kepentingan. Bahkan ada pendapat bahwa kebenaran hanya dapat ditemukan dalam uji coba acak jika memungkinkan dan menghindari pengaruh bias. Namun sayangnya, bagi penyedia layanan yang sibuk, mencari tahu kebenaran dalam lingkungan penelitian saat ini seringkali lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Salah satu usulan untuk mereformasi persoalan tersebut meliputi: pembebasan regulator dari pendanaan perusahaan farmasi; pajak khusus yang dikenakan pada perusahaan farmasi untuk memungkinkan pendanaan publik untuk uji coba independen; dan, mungkin yang paling penting, data uji coba tingkat pasien individu yang dianonimkan dan diposting, bersama dengan protokol penelitian, di situs web yang dapat diakses dengan tepat sehingga pihak ketiga, yang dicalonkan sendiri atau ditugaskan oleh lembaga teknologi kesehatan, dapat mengevaluasi metodologi dan hasil uji coba dengan cermat. Dengan adanya perubahan yang diperlukan pada formulir persetujuan uji coba, peserta dapat meminta penguji untuk menyediakan data secara gratis. Publikasi data yang terbuka dan transparan sejalan dengan kewajiban moral kepada peserta uji coba—orang-orang yang pernah terlibat dalam pengobatan berisiko dan mempunyai hak untuk berharap bahwa hasil partisipasi mereka akan digunakan sesuai dengan prinsip ketelitian ilmiah.
Dalam upaya mendapatkan perawatan pasien yang optimal, dokter harus berhati-hati dalam menggunakan konsep pengobatan berbasis bukti. Menyadari sifat pengetahuan medis yang terus berkembang, potensi pengaruh industri, dan kebutuhan penilaian klinis yang tidak dapat tergantikan merupakan hal yang penting untuk pelayanan kesehatan berkualitas tinggi. Pada akhirnya, dunia kedokteran dibangun di atas landasan campuran antara bukti, realitas, dan kemanusiaan.
Referensi:
- Thoma A, Eaves FF. A brief history of evidence-based medicine (EBM) and the contributions of Dr David Sackett. Aesthet Surg J. 2015;35(8):NP261–NP263.
- Tenny S, Varacallo M. Evidence Based Medicine. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; October 24, 2022.
- Jureidini J, McHenry LB. The illusion of evidence based medicine. BMJ. 2022;376:o702.
Log in untuk komentar
Sejawat Editorial
Posted at 15 May 2024 11:36nnnnnnnnn